Ular Sering Masuk Permukiman Saat Musim Hujan, Ini Alasannya

Padang, 23/12 – Akademisi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumbar Fachrul Reza M,Si mengungkap alasan kenapa ular sering masuk permukiman warga terutama saat musim hujan.

“Ular termasuk hewan berdarah dingin, saat musim hujan akan mencari tempat yang hangat dan permukiman warga adalah tempat yang pas,” kata dia di Padang, Senin.

Menurutnya keberadaan ular di permukiman sebenarnya hal biasa akan tetapi karena musim hujan volumenya meningkat.

Sejak dulu ular juga sering muncul di permukiman masyarakat, namun karena sekarang penggunaan media sosial marak kesannya jadi ramai, kata dia.

Fachrul mengatakan ular merupakan hewan dengan penciuman dan pendengaran yang lemah berbeda dengan hewan mamalia yang mendengar ada suara manusia akan langsung menghindar.

Selain itu faktor makanan juga menjadi penyebab ular sering masuk permukiman.

“Misalnya ada tikus, atau permukiman dekat ladang dan ada tanaman biji-bijian yang dimakan burung, sedangkan burung adalah santapan ular,” katanya

Ia menyampaikan jika masyarakat menemukan ular di permukiman tidak perlu panik dan khawatir.

Solusinya ada dua jika mampu menangkap sendiri silahkan, jika dirasa tidak mampu bisa melapor ke pihak berwenang, kata dia.

Fachrul menilai jika ular itu berbisa dan membahayakan terpaksa dibunuh, jika tidak cukup diusir saja pakai tangkai sapu.

Ia menjelaskan untuk membedakan ular berbisa dengan tidak bisa dikenali dengan bentuk kepala.

“Ular berbisa biasanya ukurannya kecil dan kepalanya berbentuk segitiga dan sisik di atas kepala kecil-kecil atau kepalanya bersendok,” katanya.

Ia memetakan sejumlah daerah di Padang yang sering ditemukan ular di permukiman terutama di Kecamatan Kuranji khususnya perumnas Belimbing dan Perumahan Taruko.

“Biasanya yang paling sering dijumpai di situ kobra, kalau orang Padang bilangnya ular simancik”, kata dia.

Sedangkan di daerah Kecamatan Koto Tangah khususnya Lubuk Buaya jenis ular yang sering dijumpai adalah piton atau sembatik.

Lubuk Buaya merupakan habitatnya karena dulu adalah rawa-rawa, katanya.

Pada sisi lain ia menilai di Sumatera Barat ada kearifan lokal dalam mengatasi ular.

Kalau di daerah lain kan ada yang suka berburu ular di hutan, orang Minang tidak ada budaya seperti itu, katanya.

Kemudian jika ada ular masuk permukiman maka itu risikonya mati karena warga tidak mengganggu habitatnya. (ANTARA/AK)

Bagikan Melalui