NTSB Simpulkan Helikopter Kobe Bryant Tak Alami Kerusakan Mesin

Jakarta  – Dua mesin helikopter yang bulan lalu jatuh dalam cuaca berkabut di perbukitan California sehingga menewaskan legenda basket Kobe Bryant dan delapan orang lainnya, menunjukkan tidak mengalami “kerusakan internal yang parah”, kata Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) seperti dikutip Reuters, Sabtu.

Laporan sementara yang dikeluarkan NTSB 12 hari setelah kecelakaan 16 Januari itu juga menyimpulkan bahwa baling-baling rusak yang selaras dengan rotasi saat terjadi tumbukan.

Temuan yang masih awal ini menunjukkan tidak ada tanda-tanda adanya kesalahan mesin yang menjadi faktor helikopter itu jatuh sehingga salah satunya menewaskan Bryant itu.

Saat itu legenda Los Angeles Lakers tersebut sedang dalam perjalanan menuju sebuah turnamen bola basket junior di mana dia menjadi pelatih dan anak perempuannya dan dua anak perempuan lainnya menumpangi heli mewah. Ketiga gadis ini tadinya bakal turut bertanding dalam kompetisi junior itu.

NTSB juga merilis temuan penting bahwa dari bagian mesin yang terlihat tidak menunjukkan adanya bukti kesalahan pada mesin helikopter itu.

Laporan setebal 11 halaman itu tidak menunjukkan masalah mesin dan puing-puing bagian mesin dari heli Sikorsky S-76B itu sudah diselidiki dengan cermat.

Anggota direksi NTSB Jennifer Homendy mengungkapkan dua hari setelah tragedi itu bahwa fokus penyelidikan terarah kepada awan, kabut dan jarak pandang di sekitar situs kecelakaan.

Dari laporan Jumat itu terlihat video dan foto yang diambil masyarakat di sekitar area jatuhnya pesawat menunjukkan awan tebal yang menyelimuti bukti di mana pesawat itu jatuh, termasuk video keamanan yang memperlihatkan helikopter itu hilang memasuki kabut di atas bukti itu sebelum jatuh.

NTSB juga mengutipkan keterangan seorang saksi yang bersepeda gunung di puncak pukit yang menyebutkan heli itu muncul dari balik bukit dan berputar ke kiri sebelum jatuh beberapa detik kemudian tak jauh dari dia.

Menurut NTSB sang pilot memang pilot yang berpengalaman dan memiliki sertifikat instruktur. Saat itu dia terbang dengan panduan visual biasa, padahal dalam keadaan seperti itu dia harusnya dipandu oleh instrumen pesawat.

Beberapa saat sebelum kontak radar, sang pilot mengatakan kepada menara pengawas udara bahwa dia berusaha naik di atas kabut itu.

Beberapa saat kemudian heli itu oleng ke kiri dan menukik untuk kemudian terhempas ke daratan pada kecepatan 72 km per jam dan akhirnya terbakar.

NTSB menyatakan kesimpulan akhir dari penyelidikan mereka yang menyangkut penyebab kecelakaan dan faktor-faktor yang turut menjadi penyebab kecelakaan akan dirilis dalam 12 sampai 18 bulan ke depan, (ANT/YOG)

Bagikan Melalui