Bupati Trenggalek Larang Warga Mudik untuk Pencegahan COVID-19

Trenggalek – Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin melarang warganya di perantauan, baik di dalam maupun luar negeri, mudik selama Ramadhan dan Idul Fitri 1441 Hijriah demi memutus rantai penularan pandemi COVID-19.

Larangan itu disampaikan Nur Arifin setelah pihaknya melakukan evaluasi kesiapan posko dan tempat- tempat karantina bagi pemudik awal. “Kesiagaan ini dibutuhkan tenaga yang luar biasa dan kecukupan dana yang tidak sedikit. Maka kami memohon kepada saudara-saudara sekalian, tundalah mudik anda. Sampaikan rindu dan penghormatan kepada keluarga melalui teknologi informasi,” katanya di Trenggalek, Senin (13/4).

Sebaliknya, katanya, jika perantau atau calon pemudik memaksa untuk mudik dan masuk Trenggalek, maka akan memperbesar risiko penularan virus karena terjadi migrasi pandemi dari daerah zona merah satu ke daerah lain.

Apalagi, katanya, jika proses perpindahan (mudik) dilakukan massal. “Itu artinya anda-anda yang nekat mudik tidak memberikan ruang istirahat untuk mereka yang berada di garda terdepan, dokter, tenaga medis, relawan, TNI-Polri dan segenap jajaran pemerintah yang bertugas mulai dari kabupaten hingga desa,” ujarnya.

Oleh karena itu, Arifin atau Mas Ipin mengajak seluruh warganya, baik yang di Trenggalek maupun luar daerah, untuk berempati dan tolong menolong dalam hal itu. “Bila anda tidak bisa membantu dana dan tenaga untuk masyarakat terdampak, cukup bantulah Indonesia ini dengan mengurangi kunjungan anda dari satu kota ke kota lain, termasuk tidak melakukan mudik,” kata dia.

Ia juga meminta masyarakat menyikapi secara arif dan bijaksana ketika pemerintah telah mengambil langkah sesuai protokol kesehatan dalam penanganan pandemi. “Dukungan ini penting supaya mereka yang bergerak di garda terdepan tetap bersemangat maupun mereka yang terkonfirmasi juga bersemangat dan cepat sembuh,” ujarnya.

Meskipun klaster baru terkonfirmasi positif lagi, namun Arifin tetap meminta warga tidak mengendurkan kewaspadaan terhadap pandemi virus. Pasalnya, katanya, tidak ada yang tahu bagaimana penyebaran virus tersebut karena tidak terlihat secara kasat mata. (ANT/YOG)

Bagikan Melalui