Politik dan sastra dua magnet yang sejalan

Oleh: Sayuh

Seperti dua magnet menyatukan Utara dan Selatan, tidak perlu risau akan tulisan tema politik.

Tan Malaka seorang politisi pun banyak mengeluarkan buku, salah satunya buku karya berjudul MADILOG dan konsep bernegara dalam buku berjudul Naar’ de Republik 1925. Bisa dicari referensi bukunya, oleh sebab itu Kijang Merah disebut sebagai bapak republik!

Ada juga Soekarno, Mahatma Gandhi dan tokoh dunia beberapa kata bijaknya atau kata mutiara dibekukan dalam literasi, karena bisa menyihir orang lain

Seorang ulama hebat dalam jamannya KH. Buya Hamka juga banyak membuat buku, bahkan sampai di jadikan film berjudul, “Tenggelamnya Kapal Van Derwick” yang menceritakan kisah hidup tanah Minang, kisah cinta Hayati, Zainuddin dan Aziz.

Jika kalian baca surat cinta Hayati pada Zainuddin bisa dipastikan kalian baper!!

Soe Hoek Gie mahasiswa di tahun 1966 lewat literasi menjadi penulis di sebuah media massa. Tulisan Gie pun sama, tema sosial dan sebuah perlawanan pada rezim saat itu. Di sisi lain ada tulisan yang romantis dan bicara tentang alam

Mungkin kalian lupa judul puisinya “Puisi Terakhir Gie” bahkan di film itu aktor ganteng idola wanita Nicolas Saputra sebagai pemeran Gie. Atau kalian lupa puisi Soe Hoek Gie dengan judul Pangrango

Ayolah Tuan jangan naif dunia ini tidak hanya cerita yang fiksi perselingkuhan, pelakor dan hal lain yang membosankan. Kesimpulannya semua sudah terangkum jelas.

Jadi masih mau ribut tentang politik? Banyak orang hebat dari latar belakang berbeda tapi mempunyai buku dan penulisan yang tak lekang oleh waktu seperti para tokoh di atas disebutkan

Indonesia punya banyak orang hebat seperti Tan Malaka, Soekarno, Buya Hamka, Soe Hoek Gie dan bukunya selalu di buat rujukan dalam politik atau kehidupan.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada kalian semua. Apakah buku kalian sudah ada yang menyamai level buku Buya Hamka atau Tan Malaka?

Untuk yang bisa nyinyir orang menulis politik di komentar sebaiknya anda membalas tulisan mereka dengan tulisan. Itu cukup adil jika Anda menekuni dunia literasi

Salam Literasi. (*)

Bagikan Melalui