Presiden Mali Mengundurkan Diri Usai Ditangkap Pemberontak

Jakarta – Presiden Negara Mali Ibrahim Boubacar Keita mengumumkan mengundurkan diri pada Rabu pagi (19/8), sehari setelah pemberontak melancarkan kudeta dan menangkapnya beserta perdana menterinya.

Seperti yang dilansir dari cnnindonesia.com, dalam pidatonya di televisi pemerintah, Keita juga mengatakan bahwa pemerintah dan parlemen Mali akan dibubarkan.

Dia mengaku mengundurkan diri untuk menghindari pertumpahan darah.

“Pada momen yang tepat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada rakyat Mali atas dukungan mereka selama tahun-tahun yang panjang ini serta kehangatan dan kasih sayangnya, dan saya menyampaikan keputusan untuk melepaskan jabatan,” kata Keita seperti yang dikutip dari AFP.

Pengumuman itu muncul setelah tentara pemberontak menahan Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse, Selasa(18/8).

Sebelumnya, salah satu pemimpin pemberontak di Mali mengaku telah menangkap Presiden dan merdana menterinya. Pasangan pemimpin negara Mali itu “ditahan” di kediaman Keita di ibu kota Bamako.

Pejabat militer lainnya, yang juga enggan menyebutkan identitas, mengatakan presiden dan perdana menteri berada di kendaraan lapis baja dalam perjalanan ke Kati.

Mali telah melawan pemberontak sejak tahun 2012. Bahkan pada kala itu negara di Afrika Barat tersebut kehilangan wilayahnya di bagian utara yang dikuasai oleh pemberontak yang merupakan para jihadis.

Sebagian pemberontak itu kemudian berhasil diusir dalam operasi militer yang dipimpin Prancis dan disokong intervensi dari negara lainnya. Meski sempat ada kesepakatan damai pada tahun 2015, kekerasan di negara tersebut terus berlanjut. Bahkan, kekerasan menyebar ke selatan dan ke negara-negara tetangga.

(CNN/ZA)

Bagikan Melalui