Polisi Dituduh Melanggar HAM atas Kerusuhan Benuansa Agama di india

New Delhi – Polisi India “melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius” selama kerusuhan agama yang mematikan di Delhi awal tahun ini, kata Amnesty International.

Seperti di lansir dari detik.com, (29/08/2020). Organisasi itu mengatakan polisi telah memukuli pengunjuk rasa, menyiksa tahanan dan beberapa kali mengambil bagian dalam kerusuhan bersama massa Hindu.

Lebih dari 40 orang tewas ketika bentrokan pecah antara umat Hindu dan Muslim menyusul undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial. Umat Muslim mengalami kerugian terbesar, kata Amnesty.

Polisi Delhi belum menanggapi permintaan tanggapan Amnesty.

Investigasi tersebut menguatkan laporan BBC tentang insiden terkait kebrutalan dan keterlibatan polisi selama kerusuhan Februari, yang paling mematikan di kota itu selama beberapa dekade. Polisi membantah melakukan kesalahan.

Beberapa temuan laporan Amnesti sesuai dengan penyelidikan BBC terkait peran polisi Delhi dalam kekerasan tersebut.

Video yang beredar di media sosial dan grup-grup komunikasi dari daerah Khajuri Khas di timur laut Delhi menunjukkan polisi terlihat bercampur dengan gerombolan dan melempar batu.

Kami menyelidiki video ini dengan mengumpulkan kesaksian saksi mata dari kedua komunitas.

Seorang penjaga toko mengatakan bahwa polisi memberi batu kepadanya dan umat Hindu lainnya untuk dilemparkan ke orang-orang Muslim.

Bhoora Khan, seorang Muslim yang rumah dan tokonya dibakar, juga menuduh polisi bergabung dengan umat Hindu melawan mereka yang Muslim.

Kami juga menyelidiki serangkaian video lain yang menunjukkan sekelompok polisi memukuli seorang pria Muslim, Faizan dengan brutal.

Pria itu meninggal beberapa hari kemudian. Saudara Faizan, Naeem, memberi tahu saya bahwa Faizan meninggal karena luka yang dideritanya setelah dihajar polisi.

Meskipun polisi Delhi awalnya tidak menanggapi permintaan tanggapan dari BBC, setelah liputan itu tayang, mereka mengatakan kepada BBC Hindi bahwa mereka akan menyelidiki apa yang terlihat dalam video-video ini.

Tapi banyak, termasuk Amnesty, yang bertanya bagaimana polisi bisa dipercaya untuk menyelidiki tuduhan terhadap anak buah mereka sendiri.

Laporan Amnesty mengatakan bahwa sementara umat Hindu juga menderita kerugian, umat Islam lebih banyak terdampak kerusuhan itu.

“Kerusuhan yang tampaknya jauh dari kata spontan menyebabkan jumlah korban Muslim hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan umat Hindu. Muslim juga menanggung beban terbesar dari kerugian bisnis dan properti,” katanya.

“Persentasenya mungkin lebih rendah, tetapi bangunan dan rumah yang dimiliki oleh umat Hindu tidak sepenuhnya aman,” tambahnya.

Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA) – yang menurut para kritikus sifatnya anti-Muslim – memicu protes besar-besaran di seluruh India setelah disahkan tahun lalu.

Salah satu demonstrasi di Delhi berubah menjadi kekerasan – bentrokan pecah antara pengunjuk rasa yang mendukung dan menentang undang-undang itu.

Kekerasan segera menyangkut urusan agama dan kerusuhan berlanjut selama tiga hari. Rumah-rumah dan toko-toko Muslim menjadi sasaran massa yang kejam.

Laporan tersebut mengatakan analisis forensik video dari kerusuhan mendukung kesimpulan bahwa polisi hanya diam, memungkinkan perusuh untuk membuat kekacauan di beberapa tempat.

Laporan itu juga mengatakan pidato kebencian oleh pemimpin sayap kanan memicu kerusuhan – tetapi mengatakan polisi tidak mengambil tindakan apa pun terhadap orang-orang itu.

Di sisi lain, katanya, polisi telah menangkap aktivis hak-hak sipil, guru, dan pelajar, kebanyakan dari mereka Muslim.

“Bahkan tidak seorang pun pemimpin politik, yang membuat pidato kebencian dan mendukung kekerasan saat kerusuhan sudah diproses hukum,” katanya.

Laporan tersebut merekomendasikan penyelidikan independen atas tuduhan tersebut.

“Saat polisi Delhi menyelidiki siapa yang bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut, belum ada investigasi sampai sekarang terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh polisi Delhi selama kerusuhan,” kata laporan itu.

Beberapa laporan lain juga mempertanyakan perilaku polisi selama kerusuhan.

Sebuah laporan oleh Komisi Minoritas Delhi juga menuduh bahwa polisi mengizinkan rumah dan toko umat Muslim menjadi sasaran massa.(*)

Bagikan Melalui