Armenia Dan Azerbaijan Sepakat Untuk Berunding Dan Hentikan Perang

Jakarta – Konflik Armenia dan Azerbaijan yang berlangsung selama kurang lebih dua minggu ini telah mencapai keputusan untuk melakukan gencatan senjata. Gencatan senjata ini adalah awal dari perdamaian antar kedua negara ini dan juga mereka telah sepakat untuk memulai perundingan di wilayah Nagorno-Karabakh.

Seperti yang dilansir dari CNNIndonesia.com Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk memulai perundingan di wilayah Nagorno-Karabakh serta menghentikan pertempuran pada Sabtu (10/10).

“Azerbaijan dan Armenia memulai perundingan substantif dengan tujuan untuk mencapai penyelesaian damai secepat mungkin,” kata Lavrov, sebagaimana dilansir dari AFP.

Ia menambahkan bahwa pembicaraan seperti itu akan dimediasi oleh perndingan internasional Kelompok Minsk.

Selain itu, Lavrov juga mengatakan bahwa Armenia dan Azerbaijan Sepakat untuk menghentikan pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri mulai siang hari ini (10/10).

“Gencatan senjata diumumkan dari jam 12.00 pada 10 Oktober dengan alasan kemanusiaan,” kata Lavrov, membacakan dari sebuah pernyataan.

Juru bicara kementrian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengonfirmasi kepada AFP secara terpisah bahwa gencatan senjata akan dimulai pada Sabtu siang.

Sebelumnnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah mengundang para Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan untuk mengunjungi Moskow demi melakukan pembicaraan damai dalam mengakhiri konflik. Undangan tersebut disampaikan Putin sebagai upaya untuk menghentikan pertempuran di Nagorno-Karabakh demi alasan kemanusiaan. Undangan Putin datang karena tampaknya taka da kemungkinan pertempuran dari kedua belah pihak akan berakhir.

“Menteri Luar Negeri Azerbaijan dan Armenia diundang ke Moskow pada 9 Oktober,” kata Putin dalam pernyataan yang dirilis oleh Kremlin.

“Presiden Rusia mengeluarkan seruan untuk menghentikan pertempuran di Nagorno-Karabakh atas dasar kemanusiaan untuk menukar mayat dan tahanan,” tambah Kremlin.

(CNN/ZA)

Bagikan Melalui