Menyala 101 Detik, Matahari Buatan China Cetak Rekor Baru

Lintas7News.com – Ilmuwan China dilaporkan berhasil membuat rekor baru dalam proyek Matahari Buatan atau China Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST).

Rekor baru ini tercipta lantaran pemerintah China melaporkan para ilmuwan berhasil menahan plasma 120 juta derajat Celcius selama 101 detik dalam percobaan terbaru mereka.

EAST adalah penelitian fusi nuklir untuk meniru proses yang digunakan Matahari untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar, di mana panas dan tekanan yang intens bergabung untuk menghasilkan plasma inti atom berfusi dengan kecepatan luar biasa.

Para ilmuwan bekerja dengan berbagai perangkat eksperimental untuk memicu dan mempelajari reaksi ini di Bumi. Para ahli menilai tokamak berbentuk donat, seperti TIMUR di Institut Ilmu Fisika Hefei China dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, sebagai pendekatan yang paling menjanjikan.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Para ilmuwan bekerja dengan berbagai perangkat eksperimental untuk memicu dan mempelajari reaksi ini di Bumi. Para ahli menilai tokamak berbentuk donat, seperti TIMUR di Institut Ilmu Fisika Hefei China dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, sebagai pendekatan yang paling menjanjikan.

Tokamak memiliki serangkaian kumparan magnet yang dirancang untuk menahan aliran superheated plasma hidrogen di tempatnya cukup lama agar reaksi terjadi. Pada tahun 2016, para ilmuwan di EAST berhasil memanaskan plasma hidrogen hingga sekitar 50 juta derajat Celsius dan mempertahankannya selama 102 detik.

Peneliti kemudian menaikkan menjadi 100 juta derajat Celsius, lebih dari enam kali lebih panas dari inti Matahari, pada tahun 2018 dan bertahan selama sekitar 10 detik, seperti dilaporkan New Atlas.

Melansir Xinhua, EAST menggunakan menggunakan deuterium yang berlimpah di laut untuk menyediakan aliran energi bersih yang stabil. Deuterium dalam satu liter air laut dinilai dapat menghasilkan, melalui reaksi fusi, jumlah energi yang setara dengan 300 liter bensin.

Berbeda dengan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam, yang terancam habis dan mengancam lingkungan, bahan mentah yang dibutuhkan untuk ‘Matahari buatan’ hampir tidak terbatas di bumi.

Oleh karena itu, energi fusi dianggap sebagai ‘energi akhir’ yang ideal dengan potensi untuk membantu China mewujudkan netralitas karbon. Energi fusi, salah satu batas terbesar fisika saat ini, tidak hanya membutuhkan kemampuan penelitian ilmiah terbaik tetapi juga instrumen eksperimental yang masif.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.