Rusia Tambah Pasukan saat Putin Diduga Kehabisan Ide Perang di Ukraina



Menurut laporan tahunan resmi oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis, Rusia memiliki 900.000 personel layanan aktif pada awal tahun ini, dan cadangan 2 juta orang dengan layanan dalam lima tahun terakhir.

Penambahan personel militer ini dilakukan Rusia ketika Putin disebut tengah kehabisan akal melancarkan gempuran ke Ukraina. Sebab, Putin disebut tidak berekspektasi kalau invasinya ke Ukraina akan memakan waktu panjang.

Pensiunan Jenderal Militer Amerika Serikat, Barry McCaffrey, menilai Putin “kehabisan ide” dan akan melihat keadaan menjadi lebih buruk bagi dirinya sendiri dengan cepat dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

McCaffrey mengatakan bahwa militer Rusia “secara operasional telah terperangkap,” sementara Rusia secara keseluruhan “menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi.”

“Rusia menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi. Putin kehabisan ide. Militernya secara operasional ‘terperangkap’. Hal-hal akan menjadi lebih buruk baginya dengan cepat,” kata McCaffrey melalui kicauannya di Twitter.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Ukraina telah melaporkan serangkaian serangan balasan sukses terhadap kubu Rusia dalam beberapa pekan terakhir menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS. Senjata hibah AS itu digambarkan sebagai “game changer” oleh pengamat perang yang membuat perlawan Ukraina terus meningkat. 

Selain itu, Rusia dikabarkan semakin sulit merekrut tentara untuk membantu invasi ke Ukraina lantaran warganya menolak untuk berperang. Dikutip Newsweek, Moskow bahkan diduga melakukan wajib militer paksa hingga menawarkan insentif uang tunai untuk meningkatkan personel militernya dan memotivasi mereka untuk berperang.

(CNNIndonesia/NB)


Lintas7news.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit untuk menambah jumlah angkatan bersenjatanya dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta personel. 
Penambahan tersebut terdiri dari sekitar 137.000 personel tempur baru sehingga Rusia akan memiliki total 1,15 juta personel. Penambahan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2023, menurut keputusan yang diterbitkan di portal legislatif pemerintah pada Kamis (25/8).

Penambahan personel militer ini berlangsung kala invasi Rusia ke Ukraina tak kunjung selesai dan hampir memasuki bulan ketujuh.

Sampai saat ini, Moskow belum mengungkapkan kerugian apa pun terkait perang, tetapi negara Barat dan Ukraina mengatakan Rusia mengalami kerugian besar sejak melancarkan invasi lantaran pasukannya yang gugur perang mencapai ribuan orang.

Rusia terhitung hanya sekali mengungkapkan jumlah korban dari kubunya di awal invasi. Saat itu, Rusia mengklaim 1.351 tentaranya tewas di Ukraina. Namun, perkiraan Barat jumlah sebenarnya bisa setidaknya 10 kali lipat.

Ukraina sendiri mengklaim telah membunuh atau melukai setidaknya 45.000 tentara Rusia sejak invasi berlangsung pada 24 Februari lalu. Kyiv juga mengaku hampir 9.000 personelnya telah tewas sejak invasi Rusia terjadi.

Sementara itu, terakhir kali Putin menetapkan penambahan jumlah tentara Rusia adalah pada November 2017. Saat itu, Putin menetapkan jumlah personel tempur menjadi 1,01 juta dari total angkatan bersenjata, termasuk non-kombatan, sebanyak 1,9 juta personel.

Dekrit yang diteken Putin tidak mengatakan bagaimana peningkatan jumlah personel ini akan dicapai, tetapi menginstruksikan pemerintah untuk menetapkan anggaran yang sesuai.



Menurut laporan tahunan resmi oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis, Rusia memiliki 900.000 personel layanan aktif pada awal tahun ini, dan cadangan 2 juta orang dengan layanan dalam lima tahun terakhir.

Penambahan personel militer ini dilakukan Rusia ketika Putin disebut tengah kehabisan akal melancarkan gempuran ke Ukraina. Sebab, Putin disebut tidak berekspektasi kalau invasinya ke Ukraina akan memakan waktu panjang.

Pensiunan Jenderal Militer Amerika Serikat, Barry McCaffrey, menilai Putin “kehabisan ide” dan akan melihat keadaan menjadi lebih buruk bagi dirinya sendiri dengan cepat dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

McCaffrey mengatakan bahwa militer Rusia “secara operasional telah terperangkap,” sementara Rusia secara keseluruhan “menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi.”

“Rusia menunjukkan tanda-tanda ketegangan parah dari meningkatnya kerugian militer dan isolasi ekonomi. Putin kehabisan ide. Militernya secara operasional ‘terperangkap’. Hal-hal akan menjadi lebih buruk baginya dengan cepat,” kata McCaffrey melalui kicauannya di Twitter.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Ukraina telah melaporkan serangkaian serangan balasan sukses terhadap kubu Rusia dalam beberapa pekan terakhir menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS. Senjata hibah AS itu digambarkan sebagai “game changer” oleh pengamat perang yang membuat perlawan Ukraina terus meningkat. 

Selain itu, Rusia dikabarkan semakin sulit merekrut tentara untuk membantu invasi ke Ukraina lantaran warganya menolak untuk berperang. Dikutip Newsweek, Moskow bahkan diduga melakukan wajib militer paksa hingga menawarkan insentif uang tunai untuk meningkatkan personel militernya dan memotivasi mereka untuk berperang.

(CNNIndonesia/NB)


Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.