Inilah Makna dan Filosofi Penjor di Perayaan Hari Raya Galungan Umat Hindu: Penuh Unsur Suci

Makna dan filosofi pemasangan penjor bagi umat Hindu untuk menyambut perayaan Galungan dan Kuningan dengan arti simbol/unsur suci di dalamnya (Foto: IndoBali)

LINTAS7NEWS – Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu, 4 Januari 2023 ini merupakan hari bagi umat Hindu untuk memperingati terciptanya alam semesta dan seisinya.

Peringatan Hari Raya Galungan ini juga untuk merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) atas keburukan (Adharma).

Baca Juga: Deretan Penjor Terpasang dan Umat Hindu Berpakaian Adat Bali Sambut Galungan

Hari ini menjadi hari terindah untuk Bali, dalam penyambutan Hari Raya Galungan di Bali, deretan penjor banyak terpasang dipinggir jalan raya, di depan rumah warga maupun perkantoran.

Pemasangan penjor itu tidak hanya sekedar hiasan semata, namun bagi Umat Hindu Bali pemasangan penjor memiliki makna dan filosofi sendiri.

Baca Juga: Kecewa! Wabup Blitar Ancam Mundur Usai Ajudan Istri Dimutasi Bupati, Ada Apa?

Bagi Umat Hindu Bali, pemasangan penjor umumnya akan dipasang saat waktu Anggara Wage Dungulan atau saat penampahan Galungan.

Selain memiliki makna filosofi, makna penjor itu sendiri bersifat religius bagi Umat Hindu sebab memiliki unsur suci yang terkandung di dalamnya.

Penjor dimaknai sebagai simbol Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan.

Baca Juga: Mohammad Trijanto Resmi Daftar Bakal Calon DPD RI ke KPU Jatim

Sebagaimana dilansir dari lama Instiki, bahan untuk membuat penjor terdiri dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur (daun enau) yang masih muda serta daun-daunan lainnya.

Bahan untuk membuat penjor terdiri dari sebatang bambu yang bagian ujungnya melengkung dengan dihiasi janur (daun enau) yang masih muda serta daun-daunan lainnya.

Baca Juga: Sukses Lewati Tahap Verifikasi Administrasi, Inilah 21 Bakal Calon DPD RI Jatim

Sementara untuk perlengkapannya, terdiri dari pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), palawija (jagung, padi, dll), jajanan dan sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Kemudian ujung penjor digantungkan sampiyan penjor penjor lengkap dengan porosan dan bunga sekaligus perlambang rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).

Baca Juga: Daftar Lengkap Nilai UMK Jatim Tahun 2023

Bambu yang melengkung ini merupakan gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Keberadaan bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya masing-masing.

Itulah makna dan filosofi pemasangan penjor bagi umat Hindu untuk menyambut perayaan Galungan dan Kuningan dengan arti simbol/unsur suci di dalamnya.**

(AP/OAS)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.