Bambang : 16 PDP Dinyatakan Negatif, Tulungagung 0 Kasus COVID-19

Bambang Triono

TULUNGAGUNG – Jumlah pasien dalam pantauan (PDP) di Tulungagung terhitung pada Jumat (27/3) sebanyak 26 orang. Namun, 16 pasien diantaranya dinyatakan negatif COVID-19. Hasil tersebut valid dan bisa dipertanggung jawabkan lantaran data itu dikeluarkan oleh kementerian kesehatan.

Bambang Triono, Plt Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung menjelaskan, pasien yang diambil sampelnya adalah pasien yang berstatus PDP. Sedang untuk pasien ODP hanya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Bambang menyatakan bahwa saat ini, sebanyak 16 pasien PDP yang sudah dinyatakan sembuh dan keluar hasilnya semua di nyatakan negatif. Menurutnya, hasil tersebut sudah valid lantaran sampel darah dikirim ke kementerian pusat. “Jadi yang diikutkan tes itu yang PDP. Yang ODP tidak. Dari 26 PDP ini yang sudah keluar hasilnya memang dinyatakan negatif,” papar Bambang seusai rapat koordinasi, Jumat (27/03).

Lebih lanjut, Bambang memaparkan bahwa jika memang ada pasien PDP di Tulungagung yang hasilnya positif Covid-19 maka yang akan mengeluarkan pernyataan ialah kementerian kesehatan melalui jubir pemerintah. Lalu, gubernur juga akan mengumumkan, setelah itu baru dari dinas kesehatan setempat baru boleh menyampaikan. Sehingga bisa dipastikan saat ini di Tulungagung masih 0 kasus COVID-19. “Saat ini pemerintah sudah sangat transparan. Jadi gak ada yang ditutup-tutupi. Bilamana ada yang positif, pasti dinyatakan positif, begitupun sebaliknya,” jelas Bambang.

Sementara itu, Tulungagung tercatat sebanyak 410 orang berstatus ODP yang saat ini tengah diisolasi mandiri di rumah masing-masing. Sedangkan sebanyak 26 orang berstatus PDP, dengan 16 diantaranya sudah dinyatakan sembuh dan negatif COVID-19. Temuan ODP ini dari penjaringan di Puskesmas Ngantru dan Bangunjaya. Lebih lanjut, banyaknya temuan ODP di Tulungagung menurutnya dikarenakan 2 faktor kemungkinan. Yakni bisa jadi orang tersebut memeriksakan kondisinya ke puskesmas. Namun bisa juga dari pihak desa maupun tenaga medis yang jemput bola karena tahu ada warga yang baru bepergian dari red zone. “Itu kemungkinannya ada dua. Bisa karena masyarakat saat ini sudah sadar akan himbauan pemerintah daerah. Namun bisa juga, ada laporan dari perangkat desa yang warganya sehabis pulang dari red zone. Sehingga pihak medis langsung jemput bola,” ujarnya. (sir/yog)

Bagikan Melalui