Lintas7news.com – Rusidah Badawi kehilangan separuh lengannya sejak lahir. Namun kekurangan itu tidak menghalanginya untuk terus mengejar mimpinya. Kini setelah dewasa, perempuan asal Purworejo itu menggeluti karier sebagai fotografer profesional. Profesi itu telah ia jalani sejak tahun 1994.
Dilansir dari merdeka.com, pada awalnya tidak terlintas di pikiran Rusidah untuk belajar fotografi. Selepas lulus SMP, dia melanjutkan pendidikan ke Pusat Pelatihan untuk penyandang cacat di Solo dan memilih memperdalam keterampilan menjahit.
Tapi waktu itu Rusidah melihat ada rekannya sesama difabel yang hanya memiliki satu tangan belajar keterampilan fotografi. Diapun sudah bisa menghasilkan uang dari foto keliling. Dari situlah ia mulai berniat untuk memperdalam ilmu fotografi. Hanya saja selama proses belajar, Rusidah sempat tak yakin dengan kemampuannya karena ia tidak memiliki jari.
“Belajar pertama kali foto itu dulu masih pakai film. Saya masih ragu apakah saya masih bisa atau nggak. Karena praktik foto menggunakan film itu goyang sedikit saja sudah buram. Guru saya merekayasa itu agar membuat tripoid di dada, lalu di kamera diberi skrup yang menonjol agar tidak buram,” ungkap Rusidah
Sekembalinya ke Purworejo, Rusidah langsung berburu foto dengan berbekal kamera yang dipinjamkan dari gurunya. Menurut Rusidah, berburu foto di keramaian sangat membantu meningkatkan mentalnya menjadi juru foto. Selain menguji mental, berburu foto saat itu ia manfaatkan untuk mengambil sampel foto yang nantinya ia gunakan untuk meyakinkan konsumen agar menggunakan jasanya.
Karena jasanya makin dikenal banyak orang di Purworejo, dia kemudian mendapat pekerjaan menjadi fotografer di berbagai acara pernikahan. Menurut Rusidah, menjadi juru foto di acara pernikahan menuntut tanggung jawab yang lebih besar, apalagi saat itu ia sendirilah yang menjadi fotografer dan tidak ada fotografer lain yang membantu.
“Ada kejadian saat memotret pernikahan di mana kamera saya layarnya tertutup gelap gulita dan tidak bisa digunakan untuk membidik. Padahal tukang fotonya hanya saya. Terus saya putar tak buat kecepatan seribu. Lalu layarnya kembali terbuka. Itu masih menggunakan film,” kata Rusidah.
Setelah lebih dari sepuluh tahun menguasai berbagai jenis kamera, dia harus mulai belajar lagi untuk menggunakan kamera digital yang ia peroleh dari sumbangan sebuah bank swasta. Saat itulah ia belajar menggunakan kamera digital itu pada anaknya. Setelah satu bulan lebih, dia bisa menggunakan kamera digital itu. Setelah itu dengan perlengkapan seadanya ia membuka sebuah studio foto sederhana di rumahnya.
“Kalau ada apa-apa belajarnya sama anak saya. Waktu dapat kamera digital itu saya takut salah, menyesuaikan hampir 1 bulan lebih,” ungkap Rusidah.
Dari profesinya sebagai fotografer itu, Rusidah mengaku mendapatkan banyak kenalan. Bahkan dia pernah diundang oleh Istri Presiden saat itu, Ani Yudhoyono, untuk mengisi pameran fotografi yang ia selenggarakan. Tak cukup sampai di situ, ia pernah mewakili penyandang disabilitas untuk mengikuti konferensi disabilitas se-Asia Tenggara dan pernah pula mendapatkan tiket liburan gratis ke China dan Taiwan.
“Selain memang suka dengan dunia foto, saya bersyukur sekali karena saya punya banyak kenalan di bidang apapun melalui foto. Saya juga kenalan sama teman-teman se-Asia Tenggara juga melalui foto,” kata Rusidah
Berkat pekerjaannya sebagai fotografer, Rusidah dapat membangun rumah dan menyekolahkan putra tunggalnya. Namun meningkatnya penggunaan kamera ponsel membuat permintaan menjadi juru foto di berbagai acara menjadi menurun.
Walau begitu, Rusidah mengaku tak khawatir karena di samping fotografer, ia memiliki usaha dengan membuka warung angkringan di depan studio fotonya bersama suaminya, Suradi.
“Yang mengatur rezeki itu Allah. Kadang saya juga bisnis lain,” ungkap Rusidah.(*)