Perdana Menteri Pakistan Mengaku Ditekan Oleh Negara Lain Untuk Akui Israel

Jakarta – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengungkapkan bahwa mereka ditekan oleh negara lain untuk mengakui Israel.

Melansir CNNIndonesia.com dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal yang disiarkan pada Kamis malam lalu, Imran Khan menolak menyebutkan negara-negara yang telah menekannya itu.

Pakistan sendiri menyatakan tidak akan pernah mengakui negara Israel sampai ada penyelesaian yang adil atas masalah Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.

Saat ditanya oleh seorang penyiar tetang siapa yang menekan Pakistan, Khan tidak ingin memberikan jawaban untuk pertanyaan tersebut.

“Lewatkan pertanyaan ini. Ada hal-hal yang tidak bisa kami katakan. Kami memiliki hubungan baik dengan mereka (negara),” kata Khan seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Uni Emirat Arab dan Bahrain baru-baru ini menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Tel Aviv yang diinisiasi oleh Amerika Serikat. Beberapa negara Teluk lainnya juga mempertimbangkan opsi untuk menormalkan hubungan dengan Israel.

Namun Arab Saudi menegaskan menolak normalisasi hubungan dengan Israel. Mereka menekankan bahwa kemerdekaan Palestina menjadi syarat utama.

“Mari kita berdiri di atas kaki kita sendiri dalam hal ekonomi, kemudian Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini,” kata Khan, mengacu pada ketergantungan ekonomi Islamabad yang lama pada negara-negara Teluk yang kaya minyak, sebagian besar Arab Saudi dan UEA.

Dia mengaku tidak perlu berpikir dua kali untuk mengakui Israel.

“Saya tidak berpikir dua kali untuk mengakui Israel kecuali ada penyelesaian yang adil, yang memuaskan rakyat Palestina,” ujarnya.

Merujuk pada bapak pendiri negara, Mohammad Ali Jinnah, yang berkali-kali menolak untuk mengakui Israel, Khan mengatakan Islamabad akan terus mengikuti jejak Jinnah vis-a-vis Palestina.

Israel, menurut pengamatan dia, memiliki pengaruh kuat di Amerika Serikat, negara lain yang menekannya untuk mengakui Israel.

“Tekanan itu karena dampak (pengaruh) Israel yang dalam di AS. (Pengaruh) ini ternyata luar biasa selama masa kepemimpinan Trump,” ujarnya.

Karena itu, kata dia, posisi Presiden terpilih AS Joe Biden akan sangat penting.

“Masalah sebenarnya adalah Israel,” katanya. “Kita akan melihat bagaimana Biden menangani itu, apakah mengubah kebijakan Trump di Israel atau melanjutkannya.”

“Saya tidak yakin mengenai kebijakan Biden tentang Israel, Iran, dan Kashmir, tetapi saya yakin tidak akan ada perubahan dalam kebijakan Afghanistan. Demokrat juga ingin mundur dari Afghanistan.”

(CNN/ZA)

Bagikan Melalui