Lintas7News.com – Kasus tewasnya Yuliani (49) warga Jalan Mayang Kota Blitar di dalam gorong-gorong drainase mendapat perhatian khusus dari aktivis anti korupsi Moh. Trijanto. Pasalnya kasus tersebut berhubungan dengan kualitas pembangunan infrastruktur pemerintah.
“Saya belum menurunkan tim investigasi di bawah. Cuma kok tidak ada satupun besi menguatkan trotoar tersebut? Maka patut diduga pola pembangunan seperti itu tidak benar,” kata Trijanto, Rabu (10/2).
Dalam pengamatannya dari foto-foto di lokasi korban jatuh, tidak terlihat kawat besi penguat sebagai pondasi trotoar di atas drainase. Serta ada sejumlah sampah terselip di bawah paving menjadi salah satu indikasi pembangunan yang asal-asalan.
Ia menyerukan, Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar untuk lebih serius dalam pengawasan pembangunan dan perawatan infrastruktur yang ada. Jangan sampai ada korban lagi akibat kurangnya pengawasan pada infrastruktur umum.
Sebagai contoh, bak kontrol drainase yang menganga berbulan-bulan tidak ada tutupnya, ini ada tepat dimana jasad Yuliani ditemukan pasca terseret arus. Kelalaian seperti ini, bisa saja mencelakai pejalan kaki terperosok, lantaran tidak perhatian dengan jalan yang dilewatinya ternyata berlubang.
“Jangan sampai hal serupa terulang lagi. Kami tidak segan-segan mendampingi warga yang jadi korban untuk menggugat Pemkot Blitar melalui jalur hukum,” tegas Trijanto.
Sebelumnya, kejadian ini terjadi karena trotoar berpaving yang diinjak Yuliani tiba-tiba ambles sehingga menyebabkan Yuliani tewas setelah jatuh ke dalam drainase yang sedang deras-derasnya karena hujan dan terseret hingga 100 meter dari titik jatuh.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga, Dinas PUPR Kota Blitar, Joko Pratomo mengungkapkan, bahwa sebelum kejadian nahas itu terjadi, tepatnya tanggal 1 Februari 2021, tidak jauh dari lokasi korban jatuh berjarak kurang lebih 3 meter ke utara, trotoar berpaving sudah ambrol lebih dulu.
Lalu pada tanggal 2 Februari 2021, petugas dinas survei ke lokasi memastikan material paving yang berjatuhan tidak sampai menyumbat saluran drainase yang juga berfungsi sebagai irigasi persawahan di wilayah Kelurahan Turi.
“Kemudian tanggal 3 dan 4 kita bersihkan. Habis itu tampaknya bagus di luar yang jebol itu. Baru yang sebelah selatan kemarin, ada warga (korban) yang berdiri atau kira-kira gimana tiba-tiba ambles,” ungkap Joko.
Joko mengatakan, pihaknya sudah menutup lokasi paving yang ambrol lebih dulu. Hanya saja wilayah yang ditutup dianggap berbahaya cukup di lokasi yang ambrol saja, tidak luas sampai di titik korban jatuh.
“Kalau yang jebol itu sudah kita kasih palang, meja-meja dan tali. Dia (korban) warga situ dan itu (trotoar depan rumah korban yang ambles) kan akses rumahnya,” ujarnya.
Sedang kualitas trotoar yang buruk tanpa adanya kawat penguat, Joko pun membenarkan. Hanya saja dia tidak mengetahui persis kapan dibangunnya trotoar berpaving dan rekanan siapa yang membangun trotoar di Jalan Mawar tersebut.
“Teman saya satu ruangan sini yang terakhir masuk tahun 2000 an sampai sekarang tidak mengetahui ada pekerjaan ini. Itu memang sudah lama yang kata orang tahun 76 salurannya dibangun warga sana swadaya. Kita biasa keliling ada kalau ada trotoar lubang tetap kita tangani, kita tutup, kalau ini kelihatannya bagus tiba-tiba ambrol kita tidak tahu,” paparnya.
Saat ini Dinas PUPR Kota Blitar langsung bertindak melakukan perbaikan trotoar sekitar hanya sepanjang 10 meter. Perbaikan tidak dilakukan sepanjang Jalan Mawar karena membutuhkan anggaran yang cukup besar.
“Kita gunakan dana darurat karena membutuhkan perbaikan cepat sekitar 10 meter. Tapi rencana kita tuntaskan dengan bersurat meminta persetujuan walikota. Kita juga police line semua trotoar agar warga lebih hati-hati,” pungkasnya.
(ZA)