Lintas7News.com – Tahun ini pemerintah berencana untuk mengimpor 1 juta ton beras dan 3,07 juta ton garam. Namun, kebijakan ini menuai banyak penolakan dari berbagai pihak karena dikhawatirkan membuat harga produk tersebut menurun drastis.
Salah satu suara ini datang dari Aktivis Anti Korupsi, Muhammad Trijanto, Ia menyatakan menolak kebijakan tersebut karena khawatir akan penurunan harga beras dan garam sehingga membuat petani semakin susah mencari nafkah dikala pandemi ini.
“Impor harus ditolak. Harga gabah di tingkat petani bisa anjlok karena faktor spekulan. Begitu juga dengan garam. Kalau impor garam untuk konsumsi bisa membuat petani menjerit. Bukankah pasokan diprediksi akan meningkat saat impor tiba,” kata Trijanto.
Trijanto juga mengkhawatirkan dengan dibukanya kran impor oleh pemerintah justru akan menguntungkan para pemburu rente.
“Patut diduga ada rente. Negeri ini sedang dikendalikan pemburu rente,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa kebijakan impor beras dan garam harus benar-benar diawasi. Pasalnya, di sini merupakan area resiko terjadinya praktik kartel.
“Impor selalu menjadi lahan basah para rente yang diduga dilakukan oleh pengusaha, politisi hingga birokrasi. Impor tidak selamanya menguntungkan rakyat. Sebab di situ akan muncul permainan harga. Pada akhirnya petani dan rakyat yang kembali dirugikan,” ujar Trijanto.
(ZA)