Lintas7News.com – Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menduga varian virus corona (Covid-19) B1617 dari India, yang dikenal bermuatan dua mutasi E484Q dan L452R, saat ini telah masuk ke Indonesia.
Dugaan itu seiring dengan kedatangan Warga Negara India ke Indonesia dalam jumlah besar selama beberapa bulan terakhir. Sementara negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu diketahui tengah menghadapi ‘Tsunami Covid-19’ yang salah satunya diduga disebabkan varian B1617.
“Kalau melihat saat ini, rasanya sulit kalau varian B1617 dibilang belum ada di Indonesia. Karena pertimbangannya kita bukan negara yang melakukan penutupan pintu masuk dari awal,” kata Dicky.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – un Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno-Hatta mencatat pada periode 11-22 April 2021, ada 454 warga negara India masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta.
“Jadi Indonesia rawan kebobolan kasus impor, apapun itu, tidak hanya varian India itu,” imbuhnya.
Berkaca pada temuan varian sebelumnya yang cukup dikhawatirkan, yakni varian B117, Dicky menilai Indonesia masih belum cukup tanggap. Pasalnya temuan dua kasus B117 baru diumumkan pada 2 Maret 2021, sementara spesimennya berasal dari warga yang datang dari luar negeri sejak akhir Januari 2021.
Apalagi teknik pencarian strain virus baru menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) relatif dilakukan secara acak di Indonesia, sehingga belum mampu menyeluruh dan berkelanjutan.
Data Kementerian Kesehatan terakhir mencatat Indonesia sudah mendapati 10 warga yang pernah terpapar virus corona dengan varian B117. Rinciannya, tiga kasus di DKI Jakarta yang merupakan dua Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Karawang dan Kota Bogor.
Selanjutnya masing-masing satu kasus di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Serta masing-masing dua kasus di Sumatera Utara dan Jawa Barat.
“Jadi sebagaimana kita belajar dari kasus B117, kita melihat itu sudah menjadi level penularan komunitas,” kata dia.
Dicky menjelaskan bahwa saat ini terdapat tiga varian virus SARS-CoV-2 yang mendapat perhatian khusus, yakni B117 (Inggris), B1351 (Afrika Selatan), dan B1128/ P1 (Brasil).
Ketiga varian itu dilaporkan juga memiliki mutasi pada lonjakan protein yang dinamakan E484K. Selain itu, global kini mewaspadai varian B1617 asal India yang bermuatan ganda.
Dicky mengatakan, saat ini tim peneliti global tengah berupaya mencari lebih lanjut karakteristik varian India B1617, sebab masih membutuhkan kelengkapan data. Namun demikian, ia menyebut di salah satu pusat episentrum ditemukannya varian ini di India, dilaporkan penambahan kasus juga ikut meningkat hingga 60 persen.
“WHO juga statement terakhirnya semakin khawatir dengan varian India ini,” jelas Dicky.
Untuk itu, Dicky meminta agar pemerintah tetap fokus menjaga pintu masuk Indonesia, malah menurutnya lebih bagus jika pemerintah menyetop kedatangan WNA non India sekaligus.
Ia juga mengimbau pemerintah melakukan surveilans retrospektif, dengan cara aktif mencari-cari kontak WNI yang selama tiga bulan terakhir memiliki riwayat bepergian ke India. Setelahnya, mereka perlu dilakukan pemeriksaan WGS.
“Juga khususnya WGS lebih masif dilakukan saat ini ya, pada WNI yang datang dari mana saja, khususnya India,” pungkasnya.
Pemerintah hingga hari ini belum melaporkan adanya temuan B1617 di Indonesia. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman per Selasa (27/4) kemarin juga mengatakan belum ada laporan belum ada laporan yang masuk ke lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) soal varian India ini.
(CNNIndonesia/RI)