Berikut Daftar Capres Jelang Pilpres Iran

Lintas7News.com – Pemilihan presiden Iran diperkirakan berlangsung semakin ketat setelah tiga dari tujuh capresnya mundur sebelum pesta demokrasi dimulai hari ini, Jumat (18/6).

Seorang ulama ultrakonservatif, Ebrahim Raisi, diperkirakan akan memenangkan pilpres dan menjadi penerus Presiden Hassan Rouhani yang akan lengser setelah menjabat dua periode.

Sementara itu, tiga kandidat penantang Raisi merupakan eks komandan Garda Revolusi Iran, Mohsen Rezai, mantan Gubernur Bank Sentral Iran, Abdolnasser Hemmati, dan politikus partai FIRS, Amir-Hossein Ghazizadeh.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Berikut profil singkat keempat capres Iran tersebut.

Ebrahim Raisi

Meski minim pengalaman politik, Raisi merupakan kepala kehakiman Iran yang dikenal dengan kebijakan eksekusi massal ribuan tahanan pada akhir 1980-an.

Media Iran menganggap pria yang kerap memakai sorban hitam itu sebagai penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Raisi lahir pada 1960 di sebuah desa kecil dekat kota suci Masyhad, kota terbesar kedua di Iran.

Raisi muda merupakan anak didik Khamenei saat mengenyam pendidikan seminari di Qom. Setelah revolusi Islam 1979, Raisi muda bergabung dengan kantor jaksa di Masjed Soleyman. Sejak itu ia memimpin kantor kejaksaan di sejumlah daerah.

Raisi pernah menyalonkan diri sebagai presiden dalam pilpres 2017 dan bersaing dengan Rouhani, namun kalah dengan hanya meraup 38 persen dukungan.

Raisi termasuk dalam kubu ultrakonservatif yang tidak percaya Amerika Serikat. Ia bahkan kerap menganggap AS sebagai “Setan Besar”.

Raisi juga merupakan salah satu oposisi Presiden Hassan Rouhani selama ini, yang memiliki pendekatan lebih moderat terhadap bangsa Barat, terutama AS.

Abdolnaser Hemmati

Hemmati merupakan mantan gubernur bank sentral sejak 2018-2021. Ia mundur dari jabatan setelah memutuskan mencalonkan diri dalam pilpres tahun ini.

Hemmati merupakan mantan jurnalis dan bankir yang mengaku sebagai seorang realis.

Berbeda dengan Raisi, ia menjadi salah satu politikus moderat seperti Rouhani yang mendukung Teheran kembali ke perjanjian nuklir 2015 demi penghapusan sanksi negara Barat.

Teknokrat berusia 64 tahun itu menganggap perekonomian Iran tidak akan bisa berkembang pesat tanpa penghapusan sanksi-sanksi negara Barat.

Mohsen Rezai

Rezai dijuluki kandidat presiden abadi lantaran tak menyerah mencalonkan diri sebagai presiden Iran meski kalah beberapa kali dalam pemilihan umum.

Rezai merupakan kepala Dewan Kemanfaatan (Expediency Council) Iran sejak 1997.

Politikus garis keras dan tokoh militer itu lahir dari keluarga religius Bakhtiyari. Ia merupakan veteran perang Irak.

Rezai bergabung dengan Garda Revolusi Iran (IRGC) dan menjabat sebagai pemimpin badan intelijennya. Pada 1981, Rezai ditunjuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai panglima tertinggi IRGC dan mempertahankan jabatan itu selama 16 tahun.

Pria 66 tahun itu menolak penerapan undang-undang untuk memenuhi FATF dengan alasan itu akan merugikan negara dan mencegah Iran keluar dari sanksi AS.

Rezai juga salah satu politikus yang menentang kesepakatan nuklir Iran dengan AS dan negara Barat lainnya.

Amir-Hossein Ghazizadeh Hashemi

Hashemi merupakan anggota parlemen garis keras Iran. Dokter spesialis THT itu merupakan kandidat presiden termuda Iran dengan usia 50 tahun.

Selama tiga debat presiden, Hashemi berupaya menjadi sosok yang dewasa dengan menahan diri dari pertikaian yang berlangsung antara capres lainnya. Ia berupaya berpegang teguh pada pertanyaan yang dilontarkan moderator televisi.

Hashemi merupakan sepupu mantan Menteri Kesehatan Hasan Ghazizadeh Hashemi. Ia berjanji jika menang akan membentuk pemerintahan muda Iran yang akan memandu revolusi fase kedua yang diarahkan oleh pemimpin tertinggi Iran.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.