Lintas7News.com – Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan pada Kamis (3/1) bahwa pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi tewas di tangan pasukan khusus AS dalam misi kontraterorisme di Suriah.
Ini menjadi serangan terbesar AS di Suriah sejak operasi 2019 yang menewaskan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Sumber di lapangan melaporkan banyak korban jiwa. Setidaknya 13 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi selama dan setelah serangan itu termasuk enam anak-anak dan empat wanita menurut kelompok pertahanan sipil Suriah, White Helmets. Sementara menurut Pentagon, tidak ada korban AS.
“Tadi malam atas arahan saya, pasukan militer AS di barat laut Suriah berhasil melakukan operasi kontraterorisme untuk melindungi rakyat Amerika dan Sekutu kami, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Berkat keterampilan dan keberanian Angkatan Bersenjata kami, kami telah keluar dari medan perang Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi – pemimpin ISIS. Semua orang Amerika telah kembali dengan selamat.”
Sekretaris pers Pentagon John Kirby mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam bahwa misi itu dilakukan oleh Komando Pusat AS, yang mengendalikan operasi dan kegiatan militer di Timur Tengah.
Saksi dan petugas penyelamat mengatakan bahwa penembakan dan ledakan mendahului serangan udara pasukan AS tak lama setelah tengah malam dan menargetkan sebuah rumah di daerah perbatasan Suriah-Turki di Atmeh, di daerah Idlib.
White Helmets melaporkan bahwa selain 13 orang tewas, dua orang juga terluka dan sebuah bangunan “hancur sebagian” setelah serangan itu.
Seorang saksi di Atmeh, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan bahwa tembakan mesin meletus dari setidaknya tiga helikopter yang terbang di atas, diikuti oleh ledakan beberapa menit kemudian.
“Saya mendengar dari kejauhan seseorang yang berbicara bahasa Arab dengan aksen Irak meminta keluarga untuk mengungsi dari daerah itu dan mereka akan aman,” kata saksi.
“Saya melihat dari kejauhan ada senapan mesin yang menembak dari tanah ke arah helikopter.”
Dilansir dari CNNIndonesia.com – AS telah berulang kali menargetkan al Qaeda dan afiliasinya di barat laut Suriah, dengan Pentagon mengakui setidaknya satu serangan dalam beberapa bulan terakhir mungkin telah mengakibatkan korban sipil.
Namun, serangan yang terjadi pada Rabu (2/2) merupakan yang terbesar sejak serangan yang menewaskan pemimpin ISIS Baghdadi di barat laut Suriah pada Oktober 2019.
(CNNIndonesia/RI)