Bocah Tasikmalaya Meninggal Depresi Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

banner 468x60

Lintas7news.com – Seorang bocah lelaki usia 11 tahun di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia setelah dirundung teman-temannya. Bocah itu dipaksa bersetubuh dengan kucing sambil direkam menggunakan ponsel.
Rekaman itu pun tersebar. Bocah tersebut akhirnya depresi hingga tak mau makan dan minum.

Kedua orang tua korban Ad (41) dan Ti (39) tampak sendu saat bercerita tentang pengalaman pahit yang diderita anaknya. Mereka masih berduka saat ditemui di rumahnya yang mungil berdinding bilik dan papan.

Ibu korban, Ti mengatakan anaknya sakit keras seminggu sebelum meninggal. Anaknya mengeluh sakit tenggorokan yang membuatnya enggan makan dan minum. Korban lebih banyak melamun dan murung.

Ti tak menyangka anaknya mendapatkan perundungan, sebab saat itu anaknya hanya mengaku sakit tenggorokan. Bahkan anak keduanya itu sempat muntah begitu diberi minum air putih.

“Kalau ke kami ngakunya sakit tenggorokan dimasukin air saja dimuntahin lagi. Kami bawa ke rumah sakit, tapi meninggal dunia,” ucap Ti Rabu (20/7).

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Ti akhirnya menyaksikan video perundungan yang menimpa anaknya. Ia sempat bertanya kepada anaknya, kenapa mau melakukan aksi tersebut. Korban menjawab mendapatkan paksaan dan pemukulan dari teman sebayanya.

“Anak saya sering ngaku dipukul sama temannya. Tapi mungkin candaan. Anak saya mainnya jauh, Pak. Saya kan ada anak empat jadi susah ngawasinya. Saya juga hancur, Pak, pas lihat videonya,” ujar Ti.

Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengungkapkan perundungan itu diketahui melalui rekaman di media sosial yang menyebar. Video itu menunjukkan korban dipaksa menyetubuhi kucing oleh sejumlah orang.

“Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung. depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainanya,” kata Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto.

“Kami melihat keluarga masih belum stabil kondisi psikisnya maka kami tawarkan pendampingan dan pemulihan psikologisnya, edukasi dan juga mungkin proses hukumnya,” ujar Ato.

(CNNIndonesia/NB)

banner 336x280
Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *