Trump Siap Perkenalkan Tarif 50% Jika China Tidak Tarik Tarif Balasan : Dampak Mengkhawatirkan di Pasar Global.

banner 468x60

LINTAS7NEWS – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan ancaman yang bisa memperburuk hubungan perdagangan dengan China. Dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan di Gedung Putih pada 7 April 2025, Trump mengatakan bahwa jika China tidak segera menarik tarif balasannya yang baru-baru ini diumumkan, AS akan segera mengenakan tarif baru sebesar 50% pada barang-barang yang diimpor dari China. Peringatan ini meningkatkan ketegangan dalam perang dagang yang sudah berlangsung lama antara kedua negara ekonomi terbesar dunia.

Trump menjelaskan bahwa kebijakan tarif ini akan diterapkan sebagai respons terhadap kebijakan tarif balasan China sebesar 34% terhadap produk AS yang diumumkan pada 4 April 2025. “Jika China tetap mempertahankan tarif tersebut, kami tidak akan menunggu lagi. Kami akan langsung mengenakan tarif tambahan 50%,” kata Trump dengan tegas. Hal ini akan menyebabkan bea masuk yang sangat tinggi, dan perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor barang dari China akan menghadapi total tarif yang bisa mencapai 104%, karena tarif ini akan dijumlahkan dengan tarif yang sudah berlaku sebelumnya, yaitu 20%, dan tarif China yang baru diumumkan sebesar 34%.

banner 336x280

Dengan ancaman ini, Trump berharap dapat mendorong China untuk mundur dari kebijakan tarif yang dianggap merugikan perekonomian AS. Trump berpendapat bahwa kebijakan perdagangan China selama ini merugikan Amerika dan menciptakan ketidakseimbangan yang besar dalam neraca perdagangan kedua negara. “China terus mengeksploitasi sistem perdagangan global untuk kepentingan mereka sendiri, sementara kami, Amerika Serikat, selalu dirugikan,” ujar Trump.

baca juga : Presiden AS Donald Trump Dimakzulkan DPR

Perang Dagang yang Memburuk dan Dampak pada Ekonomi Global

Langkah Trump untuk meningkatkan tarif dapat memicu eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara AS dan China. Keputusan ini menambah ketidakpastian besar bagi pasar global. Setelah pernyataan Trump, pasar saham di seluruh dunia langsung terpengaruh, dengan bursa saham AS, Eropa, dan Asia semuanya mengalami penurunan tajam. Pasar saham di Hong Kong, misalnya, anjlok lebih dari 13%, penurunan terbesar yang tercatat dalam satu hari sejak 1997. Sementara itu, pasar saham Eropa, termasuk FTSE 100 di London, juga ditutup lebih dari 4% lebih rendah.

Ekonom global khawatir bahwa ketegangan yang meningkat antara AS dan China dapat menyebabkan gangguan serius pada rantai pasokan global dan memperburuk resesi ekonomi yang sudah menghantui banyak negara. Para analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif baru ini bisa mendorong negara-negara lain untuk ikut menerapkan kebijakan proteksionis serupa, memperburuk ketegangan perdagangan internasional.

Tentu saja, China tidak tinggal diam terhadap ancaman tarif ini. Dalam sebuah pernyataan resmi, juru bicara pemerintah China, Liu Pengyu, mengecam kebijakan tarif AS dan menilai ini sebagai bentuk unilateralisme yang merugikan hubungan perdagangan internasional. “Tindakan seperti ini tidak hanya merugikan kedua negara, tetapi juga akan mengganggu kestabilan pasar global. Kami tidak akan mundur dari kebijakan tarif yang telah kami tetapkan,” ujar Liu.

China dengan tegas mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan kebijakan tarif balasannya dan siap untuk melakukan tindakan lebih lanjut jika AS tetap memaksakan kebijakan tarif yang dianggap tidak adil. Tindakan proteksionis seperti ini menurut China hanya akan merusak hubungan ekonomi yang sudah terjalin lama antara kedua negara dan memperburuk situasi perdagangan global.

baca juga : Tunggu Hasil Akhir Donald Trump Bicara tentang Pilpres 2024.

Bagi perusahaan-perusahaan di AS yang bergantung pada impor barang dari China, kebijakan tarif baru ini akan memberikan dampak yang cukup besar. Barang-barang yang biasanya lebih murah dari China akan menjadi jauh lebih mahal, mempengaruhi daya beli konsumen dan biaya produksi bagi banyak perusahaan. Perusahaan-perusahaan di sektor elektronik, pakaian, dan alat-alat rumah tangga kemungkinan akan menghadapi lonjakan biaya yang akan merugikan mereka di pasar domestik dan internasional.

Namun, Trump tetap optimis bahwa kebijakan ini pada akhirnya akan memperkuat posisi AS dalam perdagangan global. “Kami akan melihat kesepakatan yang lebih adil. China perlu tahu bahwa Amerika Serikat tidak akan terus dibebani oleh kebijakan perdagangan yang merugikan,” katanya.

Tak hanya AS dan China, negara-negara lain yang terlibat dalam perdagangan global kini mulai khawatir akan dampak kebijakan ini. Beberapa negara yang menghadapi dampak langsung dari kebijakan tarif AS, seperti Israel dan Jepang, kini berupaya mencari solusi untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut. Israel, yang akan dikenakan tarif 17% mulai 9 April 2025, sudah menyatakan komitmennya untuk memperbaiki neraca perdagangan dengan AS, sedangkan Jepang mengirimkan delegasi untuk berunding mengenai tarif dan potensi langkah-langkah lanjutan.

baca juga : Mengubah Arah : Kesuksesan Donald Trump dalam Menyita Perhatian dari Crypto.

Beberapa negara Eropa, yang telah lama menjadi mitra dagang penting bagi AS, juga mulai merespons dengan menawarkan negosiasi terkait pengurangan tarif. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyarankan kesepakatan perdagangan “nol-untuk-nol” untuk menghindari ketegangan lebih lanjut, meskipun dengan catatan bahwa Eropa juga siap untuk melakukan pembalasan jika AS terus memaksakan kebijakan proteksionis.

Ancaman tarif 50% yang dilontarkan Trump memperburuk ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional, dengan dampak yang meluas bagi ekonomi global. Banyak yang khawatir bahwa jika perang dagang ini berlanjut, tidak hanya AS dan China yang akan merasakan dampaknya, tetapi seluruh dunia bisa menghadapi konsekuensi serius berupa perlambatan ekonomi, gangguan perdagangan internasional, dan ketidakpastian pasar yang berkepanjangan. Seiring dengan peningkatan ketegangan ini, dunia kini menantikan apakah ada ruang untuk dialog dan penyelesaian yang adil, atau justru akan semakin terperosok ke dalam proteksionisme global yang berbahaya.**

(SD)

banner 336x280
Bagikan Melalui