May Day 2025: Buruh Terpinggirkan di Tengah Sorak Investasi — Suara yang Hilang di Balik Mesin Ekonomi

banner 468x60

LINTAS7NEWS – Setiap 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Namun bagi jutaan pekerja di Indonesia, hari ini bukan perayaan, melainkan pengingat bahwa nasib mereka masih jauh dari kata sejahtera.

Di Kota Blitar, sejumlah tokoh dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) angkat suara soal kenyataan pahit yang dihadapi para buruh saat ini. Menurut M. Trijanto, Koordinator LSM Komite Rakyat Pemberantasan Korupsi (KRPK), buruh semakin tersisih dalam arus investasi dan digitalisasi. Mereka tetap menjadi tulang punggung pembangunan, namun nyaris tak pernah diperhitungkan dalam kebijakan negara.

banner 336x280

“Upah buruh tidak naik, perlindungan kerja tidak ada, dan mereka terus-menerus dipaksa bekerja seperti mesin,” ujar Trijanto. Ia juga menyoroti keberadaan jutaan buruh informal dan pekerja platform digital yang masih bekerja tanpa kepastian hukum atau perlindungan negara.

baca juga : Hari Buruh, Cabut UU Ciptaker

“Mereka seperti bayangan. Tidak pernah dianggap saat ekonomi tumbuh, tapi selalu disalahkan saat sistem tidak berjalan baik,” tegasnya.

Hal serupa juga disampaikan Joko Prasetyo, Koordinator LSM Gerakan Pembaharuan Indonesia (GPI). Menurutnya, masalah utama yang selalu menghantui buruh adalah soal upah rendah, lemahnya perlindungan kerja, dan sulitnya serikat buruh berkembang dalam perusahaan.

“Ketika buruh mulai bersuara soal haknya, mereka langsung dianggap melawan perusahaan. Itu masih sering terjadi, apalagi di daerah,” katanya.

Ia menambahkan, buruh di daerah lebih rentan karena banyak dari mereka digaji berdasarkan kesepakatan sepihak yang tidak adil, tanpa campur tangan negara untuk mengawasi atau membela mereka.

baca juga : Hari Ini Ribuan Buruh Gelar Aksi Mulai Jakarta Hingga Jatim

Kedua aktivis ini sepakat bahwa negara belum benar-benar hadir untuk membela buruh. Para pemimpin justru lebih sibuk menggaet investor dan tampil di forum-forum ekonomi, sementara para pekerja — yang sebenarnya menjalankan roda industri — tetap dipinggirkan.

May Day 2025 menjadi cermin: selama negara belum memihak buruh secara nyata, maka kesejahteraan pekerja akan terus jadi mimpi yang tertunda.**

(sd)

banner 336x280
Bagikan Melalui