Dampak Perang Rusia Ukraina Bagi Ekonomi Indonesia

Nasional813 Dilihat
banner 468x60

Lintas7News.com – Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina berdampak fatal terhadap ekonomi negara terluas di dunia itu, mulai dari bursa saham yang anjlok 33 persen, mata uang rubel yang rontok 10 persen, sampai sanksi ekonomi oleh dunia barat yang menargetkan lini strategis Rusia.

Masalahnya, dampak invasi militer tersebut tidak hanya mengancam ekonomi Rusia dan Ukraina, tapi juga sampai ke Indonesia. Selain dari segi minyak dan gas (migas), pasar modal hingga pasar uang pun terkena dampak perang yang telah menelan korban jiwa hingga 137 orang tersebut.

banner 336x280

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Berikut adalah daftar dampak perang Rusia-Ukraina terhadap ekonomi RI.

1. Harga Minyak dan BBM

Harga minyak dunia meroket menembus US$105 per barel pada akhir perdagangan Kamis (24/2) waktu AS, setelah Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Harga tersebut menembus level tertingginya sejak 2014 silam.

Kenaikan harga internasional tersebut bakal berdampak pada harga BBM di dalam negeri atau pun subsidi dari pemerintah. Sebab, mayoritas pasokan minyak RI berasal dari impor.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyampaikan dampaknya konflik geopolitik tersebut ke dompet Pemerintah RI tak terhindarkan.

Ia menyebut selama enam bulan terakhir saja harga minyak Indonesia menunjukkan tren kenaikan, yakni mulai Agustus 2021 yang sebesar US$67,8 per barel hingga US$85,9 per barel pada Januari 2022. Terlebih, dengan harga saat ini yang sudah di atas US$100 per barel.

2. Nilai Tukar Rupiah

Seperti berbagai nilai tukar mata uang lain di dunia, rupiah pun tak kebal melawan fluktuasi nilai akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah selanjutnya dari Rusia ke Ukraina.

Pada perdagangan Kamis (24/2) misalnya, rupiah melemah 0,37 persen menjadi Rp14.391 per dolar AS. Namun, pada perdagangan pagi ini rupiah menguat tipis 8 poin ke Rp14.383 akibat spekulasi perang besar tak akan terjadi karena AS dan Uni Eropa memilih menghukum Rusia secara ekonomi.

Riset LAB 45 menilai konflik Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT, sehingga berdampak pada penarikan dana Rusia.

“Dampak terhadap posisi finansial dunia karena penarikan dana Rusia di keuangan global telah menyebabkan volatilitas nilai tukar,” demikian riset tersebut disampaikan pada Kamis (24/2).

3. Gejolak IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau bursa saham RI sempat terbakar pada perdagangan kemarin, Kamis (24/2), menyusul pemberitaan dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. IHSG terpantau jeblok 2,04 persen pukul 13.47 WIB pada Kamis (24/2) menjadi 6.776.

Mengutip RTI Infokom, sebanyak 535 saham terkoreksi. Sementara, hanya 68 saham yang menguat dan 70 saham stagnan.

Meski IHSG merah, tetapi investor asing tercatat beli bersih (net buy) di seluruh pasar sebesar Rp761,14 miliar dan di pasar reguler sebesar Rp680 miliar.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengungkapkan pelaku menahan transaksi beli karena melihat perkembangan Rusia dan Ukraina. Pasar khawatir serangan Rusia ke Ukraina akan mengganggu pemulihan ekonomi global.

“Yang jelas perekonomian global akan terganggu,” ucap Dennies.

Sementara itu, pada awal perdagangan Jumat (25/2), IHSG terlihat menguat 0,58 persen menjadi 6.861. Investor asing beli bersih Rp103,6 miliar.

4. Ekspor dan Impor

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut ketegangan kedua negara dapat mengganggu arus perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut. Eskalasi yang memanas dapat menghambat ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina.

“Ini akan menyebabkan terganggunya perdagangan,” katanya, Kamis (24/2).

Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan RI dengan Rusia cukup besar, nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai US$176,5 juta atau setara Rp2,52 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) per Januari 2022. Angka itu tumbuh hingga 58,69 persen dibandingkan nilai ekspor per Desember 2021 yang hanya US$111,2 juta.

Nilai ekspor Indonesia ke Rusia periode Januari 2022 juga jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2021 yang naik 60,29 persen.

Mayoritas komoditas yang diperdagangkan Indonesia dengan Rusia, antara lain lemak dan minyak hewan, karet, hingga barang dari karet.

Untuk lemak dan minyak hewan nilainya mendominasi produk ekspor Tanah Air yang mencapai US$102,4 juta. Sementara karet dan barang dari karet berkontribusi sebesar US$11,1 juta.

Nilai ekspor Indonesia ke Rusia periode Januari 2022 juga jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2021 yang naik 60,29 persen.

Selain itu, komoditas ekspor lainnya adalah alas kaki dengan nilai US$7,8 juta dan barang-barang lainnya mencapai US$47,9 juta.

Di sisi lain, ekspor Indonesia ke Ukraina pada Januari 2022 justru turun signifikan hingga 83,78 persen dibandingkan Desember 2021. Tercatat, ekspor Indonesia ke Ukraina mencapai US$33,1 juta pada Desember 2021. Namun, nilai ekspor pada Januari 2022 hanya US$5,4 juta.

Sejumlah komoditas yang diekspor RI ke Ukraina adalah lemak dan minyak hewan sebesar US$933 ribu, alas kaki sebesar US$571 ribu, kertas dan barang sejenisnya US$556 ribu, kakao dan olahannya US$451 ribu, dan barang-barang lain US$2,8 juta.

(CNNIndonesia/RI)

banner 336x280
Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *