Jakarta, 10/7 – Kementerian Kelautan dan Perikanan mengajak kalangan petambak udang di berbagai daerah untuk menerapkan konsep tambak milenial yang inovatif dan diyakini selaras dengan kondisi perekonomian saat ini.
“(Konsep tambak Milenial) Ini bisa jadi alternatif kegiatan usaha buat masyarakat yang kita tahu kondisi sekarang lapangan pekerjaan sedang sulit. Ini terobosan baru. Kalau satu tambak saja untuk satu KK, bisa dapat Rp5 juta per bulan,” kata Menteri Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.
Revitalisasi model tambak dari konvensional menjadi tambak milenial telah dikembangkan antara lain di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Barat, dan diyakini cocok untuk generasi milenial dari segi kepraktisan berbudidaya di era saat ini.
Model tambak Milenial ini tidak membutuhkan lahan luas layaknya tambak konvensional. Selain itu, tambak milenial berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang, dan ukuran kolamnya bisa disesuaikan dengan lahan yang tersedia.
Menurut Edhy, pihaknya juga sedang mengembangkan terobosan di sejumlah balai pelatihan di daerah. KKP akan terus mendampingi dan melakukan pengujian agar konsep ini benar-benar menjadi model tambak alternatif.
“Jadi orang tidak takut lagi masuk ke sektor ini. Karena rentan penyakit, modalnya besar dan lain-lain,” sambungnya.
Untuk permodalan, menurut Edhy, pemerintah telah menyiapkan dukungan penuh melalui pinjaman lunak dari KKP maupun fasilitas KUR dari bank pemerintah.
Dia berharap model tambak milenial ini bisa terus dikembangkan di seluruh Indonesia sehingga mendorong ekonomi masyarakat, khususnya nelayan yang setahun biasanya hanya melaut sekitar enam bulan.
“Kita tidak meninggalkan tambak-tambak konvensional. Yang jelas intensifikasinya sama dengan tambak konvensional. Yang penting konsep budidayanya yang benar,” tegas dia.
Konsep budidaya yang benar, menurut menteri, seperti pengaturan air laut yang masuk ke tambak telah melalui filterisasi, dan pembuangan limbahnya tidak langsung ke laut, melainkan ditampung terlebih dahulu untuk memastikan kebersihan limbah tersebut.
“Ditampung, baru diuji. Kalau ditanamin ikan hidup, baru boleh dibuang kembali ke laut. Kalau ada yang melanggar kita tegur keras,” ujarnya.
(ANT/ZA)