Oleh: Sayuh
Kita semua tahu pendidikan akademik sangatlah mahal di negara tercinta yang bernama Indonesia ini, sangat jauh berbeda dengan negara Turki yang sangat murah bahkan untuk tingkat pendidikan mahasiswa strata dua.
Saya pernah berbincang via chat sama seorang sahabat bernama Wilda Ameera yang sedang mengenyam pendidikan S2 di negara Turki, dari obrolan soal murahnya biaya pendidikan di negara konstantinopel.
Sebagai siswa internasional banyak pilihan universitas yang murah, bahkan sangat bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia.
Kita tinggalkan menyebut pendidikan murah hanya ada di Konstantinopel itu keliru, parahnya banyak orang yang tidak paham jika di Indonesia ada pendidikan yang sangat murah, tapi jarang sekali orang menempuh pendidikan di jalur tersebut dikarenakan gengsinya orang-orang terlalu ketinggian.
Kepada orangtua murid yang merasa terdzolimi karena faktor zonasi atau usia tidak memenuhi syarat jangan lagi bersedih, anak pintar atau bodoh harganya sama atau tidak ada harga sama sekali di republik Indonesia. Jangan lupa sekolah itu butuh transportas dan quota interneti untuk masuk perhitungan biaya harian.
Jika itu masuk sekolah negeri dengan segala aturan yang njelimet oleh keputusan Mendikbud dan pasal 24 undang-undang pendidikan isinya sangat konyol. Sedikit saran sebaiknya untuk orang kaya dan anak pejabat pasti sekolah negeri favorit akan ditinggalkan. Ada sebutan sekolah negeri mayoritas diperebutkan oleh kasta sudra.
Orang kaya dan pejabat pasti akan memilihkan anaknya sekolah swasta dengan standar internasional dengan biaya yang sangat mahal tentunya daripada ribet masuk sekolah negeri. Faktanya sekolah berlabel milik pemerintah adalah pilihan terakhir kasta sudra, orang miskin dilarang pintar.
Carut-marut dunia pendidikan ini sangat menggelitik banyak pihak menjadi pengamat dadakan, seperti curhatan para orang tua saat di warung kopi, terkadang ada celetuk di kalangan bawah, “Bu Susi Pudjiastuti yang hanya lulusan lewat jalur paket C bisa jadi Menteri Kelautan, ada yang tidak pintar saja bisa jadi presiden hanya dengan framing presiden merakyat dan sederhana, segala fakta tersaji dijungkirbalikkan.”
Jadi para orang tua jangan risau lagi dengan anaknya harus sekolah di mana? Bisakah sekolah dan asrama pesantren? Bisa saja jika kalian punya duit, negara ini masih kekurangan stok orang bodoh, nikmati saja peran menjadi bodoh. Lihat saja pejabat yang gelarnya berderet-deret ikhlas menjadi bodoh menjalani kehidupannya hanya demi satu jabatan di dunia menepikan halal-haram.
Saatnya rakyat menjadi cerdas dikarenakan biaya pendidikan mahal di negara Indonesia, sebaiknya tidak usah sekolahkan anaknya, apalagi keadaan masa pandemi Covid-19 membuat banyak orang miskin perlahan sehingga harus bijaksana mengatur keuangan. Mari kita sama-sama menempuh pendidikan dengan ikuti program murah yang disediakan pemerintah melalui paket A, B, C yang sepi.
Pak Jokowi yang tidak terlalu pintar bisa jadi presiden, bukankah itu anugerah? Saya sendiri masih mencari, kepintaran apa yang dimiliki Presiden Indonesia? Tolong bantu jawab sesuai pengetahuan saja!.(AN)