Jakarta – Rusia, China, Pakistan, dan Kuba telah terpilih menjadi Anggota Dewan Hak Asasi Manusia untuk tiga period eke depan dalam Pemilihan Anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang digelar pada Selasa (13/10) di markas besar PBB di New York. Namun, terpilihnya China dan Rusia sebagai Anggota Dewan HAM PBB mendapat kecaman dari para aktivis HAM dunia mengingat rekam jejak kelam mereka terkait HAM.
Seperti yang dilansir dari CNNIndonesia.com para aktivis sebelumna memohon kepada negara-negara Uni Eropa untuk berkomitmen tidak memberikan dukungan kepada kedua negara tersebut. LSM pemantau yang berbasis di Jenewa, UN Watch berkata jika hal tersebut terjadi itu artinya sama saja mengizinkan terpidana pembakaran untuk bergabung dengan pemadam kebakaran.
Pada briefing yang diselenggarakan oleh UN Watch, Presiden dari Citizen Power Initiative for China dan mantan tahanan politik, Yang Jianli menyatakan bahwa China terlibat dalam penghancuran politik di Hong Kong.
“Dengan standar apapun China telah menyalahgunakan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia PBB. Jika ini adalah pemilihan untuk dewan pelanggar hak asasi manusia PBB, akan lebih dari pantas untuk memilih China, karena mereka memimpin dunia dalam melanggar hak asasi manusia,” ucap Yang Jianli dilansir dari The Guardian, Rabu (14/10).
Ia mengatakan negara-negara demokrasi memiliki kewajiban untuk memberikan suara menentang Beijing. Para Korban pelanggaran hak asasi manusia di China kata Yang Jianli juga berhak mengetahui bagaimana negara-negara demokrasi itu memberikan suara dalam pemungutan suara rahasia.
Seorang aktivis HAM dari Kuba dan putri dari almarhum pembangkang Oswaldo Paya, Rosa Maria Paya mengklaim bahwa negara itu menggunakan kursi tersebut untuk melindungi impunitas mereka.
“Mereka, memastikan berbagai tuduhan terhadap mereka dan teman-teman kriminal di Venezuela, China, Rusia, dan Belarusia tidak makmur. Kelompok-kelompok ini bertindak dalam geng yang berkonspirasi bersama untuk menutupi fakta dan mengosongkan isi dan efektivitas dewan hak asasi manusia,” kata Rosa.
Pendapat serupa diberikan ke Rusia dari seorang pembangkang yang dua kali diracun, Vladimir Kara-Murza.
Dia memberi contoh pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Rusia pada kasus yang menimpa pemimpin oposisi di negara tersebut, Alexey Navalny.
“Kami masih heran bahwa Rusia dianggap sebagai kandidat yang sah apalagi kemungkinan besar terpilih,” ujarnya sebelum pemungutan suara selesai.
“Telah dikonfirmasi, bahwa Alexei Navalny telah diracuni oleh agen saraf kelas militer yang sangat terkontrol yang diproduksi oleh Rusia dan telah digunakan selama bertahun-tahun oleh dinas keamanan Rusia, tidak menyisakan keraguan siapa yang berada di belakang serangan ini,” tuturnya.
Kara mengatakan negara-negara di dewan hak asasi manusia harus menjunjung standar tertinggi dalam kemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.
Sebelumnya, selain empat negara itu Arab Saudi juga menjadi kandidat namun akhirnya gagal. Di grup Asia dan Pasifik, China, Arab Saudi bersaing dengan Pakistan, Uzbekistan, dan Nepal untuk empat kursi ini. China memperoleh 139 suara, hasil ini turun dari terakhir kali mereka mencalonkan diri pada tahun 2016 yaitu 180 suara.
Arab Saudi yang saat ini menjadi Ketua G20 hanya berada di urutan kelima dengan 90 suara, kalah dari Nepal dengan 150 suara.
(CNN/ZA)