WASHINGTON – Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020 disebut-sebut sebagai pilpres yang paling memecah belah warga negeri Paman Sam. Karenanya, usai mendapat 290 electoral votes dan bersiap menyandang status sebagai Presiden AS ke-46, kandidat presiden dari partai Demokrat, Joe Biden meminta warga AS kembali bersatu. Di lansir dari sindonews.com (8/11/2020)
“Sudah waktunya bagi Amerika untuk bersatu dan untuk menyembuhkan. Dengan berakhirnya kampanye, inilah saatnya untuk melupakan kemarahan dan retorika keras kita dan bersatu sebagai sebuah bangsa,” kata Biden, seperti dikutip dari AP.
“Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika kita melakukannya bersama-sama,” lanjutnya. Biden memang dituntut untuk bisa merangkul semua warga AS dari kedua kubu, baik pendukung Demokrat maupun Republik. Terlebih, dalam tiga hari terakhir sempat terjadi bentrokan akibat ketegangan yang memuncak antara pendukung Biden dengan Donald Trump.
“Pekerjaan di depan kita akan sulit, tetapi saya berjanji kepada Anda: Saya akan menjadi Presiden bagi semua orang Amerika – baik Anda memilih saya atau tidak. Saya akan menjaga keyakinan yang telah Anda tempatkan kepada saya,” tandas Biden.
Biden boleh saja bertekad untuk menyatukan semua warga AS, tapi dalam kenyataannya, genderang perang belum selesai ditabuh oleh kubu lawan. Trump menolak mengakui kemenangan Biden dan akan memulai langkah hukum pada awal pekan depan.
“Fakta sederhananya, pemilihan ini masih jauh dari selesai. Joe Biden belum disertifikasi sebagai pemenang di negara bagian mana pun. Apalagi negara bagian yang sangat diperebutkan menuju penghitungan ulang wajib, atau negara bagian di mana kampanye kami memiliki tantangan hukum yang valid dan sah yang dapat menentukan pemenang akhir,” kata Trump, seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (7/11).
” Kita semua tahu mengapa Joe Biden terburu-buru untuk berpura-pura menjadi pemenang, dan mengapa sekutu medianya berusaha keras untuk membantunya: mereka tidak ingin kebenaran terungkap,” kata Trump dalam sebuah pernyataan.
Trump telah berulang kali membuat klaim penipuan yang tidak berdasar dalam pemilu. Pernyataan Trump dalam beberapa hari terakhir membuat ketegangan kian meningkat diantara pendukung kedua kubu. Sejumlah media besar di AS bahkan ada yang memblokir pernyataan Trump yang dianggap mengandung tuduhan tanpa dasar.(*)