Jakarta – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev meminta Armenia membayar ganti rugi atas kerusakan infrastruktur dan bangunan di wilayah Baku akibat konflik Nagorno-Karabakh. Dia akan menuntut ganti rugi selama 30 tahun.
Dilansir dari CNNIndonesia.com Aliyev menuduh Yerevan menghancurkan wilayah itu sebelum menarik pasukannya setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow disepakati pekan lalu.
“Kami berada di tengah kota Jabrayil. Tidak ada satu bangunan pun yang utuh, tidak ada satu pun,” kata Aliyev, Senin (16/11). “Hanya militer yang dibangun, infrastruktur, rumah, gedung, sekolah, semuanya hancur,” kata dia seperti dikutip dari Russian Today.
Aliyev bersumpah bahwa Yerevan akan dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan di pengadilan internasional. Dia mencatat orang-orang Armenia turut menebang hutan dalam perjalanan keluar.
“Saya ingin ulangi lagi bahwa struktur dan ahli internasional akan dilibatkan, semua kerusakan akan dihitung, dan kami akan menuntut ganti rugi selama 30 tahun,” katanya.
Wakil Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam Azerbaijan Vugar Kerimov, menuduh Armenia melakukan “genosida terhadap alam” di Nagorno-Karabakh.
Beberapa hari setelah perjanjian menarik pasukan disepakati, video muncul di media sosial mengenai penduduk Nagorno-Karabakh yang membakar properti mereka agar tidak jatuh ke tangan Azeri.
Armenia dan Azerbaijan sepakat melakukan gencatan senjata untuk menghentikan peperangan di kawasan Nagorno-Karabakh pada 9 November 2020.
Kesepakatan itu diteken langsung oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Menurut kesepakatan tersebut, wilayah yang Baku akan tetap berada di bawah kendali Azerbaijan, dengan tiga wilayah lainnya akan diberikan kepada Azeri di kemudian hari.
Pada 20 November, Azerbaijan akan menguasai distrik Agdam. Kemudian distrik Kalbajar dan Lachin akan menjadi milik Azerbaijan masing-masing pada 25 November dan 1 Desember. Pasukan penjaga perdamaian Rusia juga akan dikerahkan.
Konflik Nagorno-Karabakh kembali pecah pada 27 September. Sengketa antara Azerbaijan dan Armenia sudah berlangsung puluhan tahun, kedua negara mengaku memiliki klaim yang sah atas wilayah tersebut.
Wilayah ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia. Baku selalu menganggap daerah kantong itu ditempati secara ilegal oleh Yerevan.
(CNN/ZA)