DPR Kebingungan Dengan Kesaksian Keluarga Terkait Kondisi Jenazah Anggota FPI

banner 468x60

Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond Junaidi Mahesa mengatakan komisinya bingung dalam memosisikan diri usai mendengar kesaksian serta penjelasan keluarga dan pengacara korban tewas dalam bentrokan antara polisi dengan anggota Front Pembela Islam (FPI) di ruas Tol Jakarta-Cikampek KM50, sekitar Karawang, Jawa Barat.

Dilansir dari CNNIndonesia.com Desmond berharap bisa menggelar rapat dengan keluarga serta pengacara korban tewas tersebut untuk membicarakan hal lebih detail.

banner 336x280

“Ke depan kami akan berharap sekali bisa kita agendakan pertemuan untuk lebih detail, agar kami bisa ambil posisi yang benar. Kalau ini, kita mau apaan gitu loh, mau ngapain jadi bingung sebenarnya, inilah posisi Komisi III [DPR],” kata Desmond dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis (10/12).

Politikus Partai Gerindra itu menuturkan terdapat sejumlah catatan menarik yang disampaikan keluarga serta pengacara korban tewas dalam bentrokan antara polisi dengan anggota FPI di ruas Tol Jakarta-Cikampek.

Menurutnya, catatan tersebut akan melengkapi pandangan Komisi III DPR dalam menyikapi dua versi informasi soal bentrokan antara polisi dengan anggota FPI di ruas Tol Jakarta-Cikampek yang ada saat ini.

“Apa yang disampaikan itu bukti-bukti yang melengkapi semua peristiwa dari dua sumber informasi yang berbeda, mana polisi mana pihak FPI,” kata Desmond.

Dalam RDPU itu, keluarga korban sempat menceritakan kondisi jenazah yang tewas dalam bentrokan antara polisi dengan anggota FPI di Ruas Tol Jakarta-Cikampek sekitar Karawang ke Komisi III DPR.

Keluarga mendiang Muhammad Suci Khadavi Poetra, Anandra, mengatakan terdapat tiga luka tembak di bagian dada korban. Ia mengaku mendapat cerita dari ayahnya yang ikut memandikan Khadavi sebelum dimakamkan.

“Lukanya seperti ditembak jarak dekat. Ayah saya cerita sambil berderai air mata, luka tembak di dada ada tiga,” kata Anandra di Komisi III DPR, Kamis (10/12).

Sementara itu, keluarga almarhum Luthfil Hakim, Zainuri mengatakan terdapat luka tembak sebanyak empat lubang di bagian dada Luthfil.

Ia mengaku melihat luka di bagian alat kemaluan Luthfil. Zainuri menduga luka tersebut akibat diinjak. Selain itu, sejumlah luka juga ditemukan di beberapa bagian tubuh Luthfil lainnya.

“Saya lihat pas dimandikan, menyaksikan kayak disiksa, di punggung kayak geseng, kemaluan bekas diinjak dan pipi bengkak biru, tangan terkelupas, tembakan dari jarak dekat, empat lubang [di dada], tembus ke belakang. Kulit di belakang sama di sini (di dada) terkelupas,” kata Zainur.

Keluarga mendiang Andi Oktiawan, Umar, juga mengaku menemukan luka bekas tembakan di bagian tubuh Andi. Menurutnya, beberapa luka di tubuh Andi seperti hasil tindakan yang sadis.

“Saya lihat pemandiannya, enggak bisa saya bayangin, begitu sadisnya, penembakan itu jelas jarak dekat, kondisi mata. Tembakan begitu banyak di badan ada empat di badannya, satu bolong tembus, yang saya tahu bolong di belakangnya, mata memar,” ujarnya.

Selain itu, keluarga korban juga sempat menyampaikan bahwa barang-barang milik anggota keluarga mereka belum dikembalikan pihak kepolisian hingga saat ini.

“Barang-barang KTP pun tidak ada [dikembalikan], apalagi KTP dan tasnya biasa itu anak saya bawa tas, bawa HP, dan lain-lainnya, pakaian juga enggak [dikembalikan],” kata Zainuri.

Sementara itu, Umar dan saudara perempuan dari mendiang Muhammad Reza, Septi, mengatakan polisi seharusnya mengembalikan barang-barang milik keponakannya.

“Tentunya sama dari teman-teman semua enggak ada satupun barang yang saya terima, ya, punya almarhum bahkan itu masih aktif pak, iya saya bingung kalau bisa barang-barang dikembalikan harusnya,” kata Umar.

Anandra menyampaikan hal senada. Menurutnya, barang-barang milik Khadavi seperti telepon seluler, tas, dan dompet tidak dikembalikan hingga saat ini.

“Kami keluarga tidak diberikan tidak diberikan barang-barang Khadavi HP, tas dompet tidak sama sekali,” kata Anandra.

Lebih lanjut, ia meyakini Khadavi tidak membawa senjata api seperti yang ditunjukkanpolisi. Menurutnya, tugas Khadavi hanya mengawal Rizieq, bukan untuk melakukan perang.

“Kami ingin meluruskan bahwa anak-anak kami tidak membawa senjata satu pun, baik itu pistol apapun yang diinformasikan di media, karena buat apa karena niatnya baik bukan untuk perang,” kata Anandra.

Terpisah, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjanjikan proses hukum yang transparan dan profesional. Itu sebab polisi melibatkan peran publik dengan membuka layanan pengaduan melalui Hotline.

Siapapun yang memiliki informasi terkait kasus tersebut, lanjut Listyo, dipersilakan untuk menghubungi penyidik atau melapor melalui Hotline.

“Kami memberikan ruang kepada masyarakat, yang akan memberikan informasi baik dalam bentuk informasi langsung yang bisa diberikan kepada penyidik di Bareskrim, atapun melalui Hotline yang kami siapkan dengan nomor 081284298228,” kata Listyo dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (10/12).

Dia berjanji akan transparan dan profesional dalam mengusut kasus tersebut. Pasalnya, kata Listyo, korban penyerangan merupakan polisi yang bertugas di Polda Metro Jaya.

Sementara itu terkait barang-barang pribadi korban, Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Andi Rian Djajadi mengonfirmasi semua itu masih dipegang polisi sebagai barang bukti sehingga belum bisa diserahkan ke keluarga.

“Barang bukti itu,” kata Andi Rian Djajadi saat dikonfirmasi, Kamis siang kemarin.

Andi tak menuturkan lebih lanjut terkait alasan pihaknya turut mengamankan ponsel tersebut sebagai barang bukti. Andi menjabarkan bahwa pihak kepolisian juga mengamankan sejumlah barang bukti lain, termasuk pakaian hingga kartu identitas pribadi.

(CNN/ZA)

banner 336x280
Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *