Jakarta – Hasil penelusuran Tim Penyelidikan dan Investigasi insiden penembakan menewaskan enam anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek, mengungkap fakta para korban saat itu sudah dalam kondisi siap bertahan dan melawan.
Seperti yang dilansir dari CNNIndonesia.com menurut Ketua Tim, Chairul Anam, kesimpulan itu diperoleh melalui hasil analisis psikologi forensik terhadap rekaman suara (voice note) milik laskar FPI di lokasi.
Dari hasil analisis suara menunjukkan para laskar yang terlibat bentrokan dengan polisi di lokasi kejadian itu berkarakter bertahan dan melawan. Mereka juga disebut tak memiliki beban atau rasa takut dalam rekaman suara itu.
“Antara lain memberikan pandangan bahwa tidak terdapat beban dalam pembicaraan oleh pembicara,” kata Anam saat menyampaikan keterangan hasil investigasi Komnas HAM terkait peristiwa itu di Gedung Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Jumat (8/1).
Beban yang dimaksud ini kata Anam menunjukkan tidak adanya ketakutan yang ditunjukkan dari suara itu. Bahkan dalam rekaman suara itu juga seolah menunjukkan keinginan atau persiapan dari para laskar untuk bertahan dan melawan.
“Jadi dalam pembicaraan voice note itu tidak ada beban. Kalau ada ini bebannya, apa namanya, ketakutan dan sebagainya, enggak, tidak ada beban,” kata dia.
“Terdapat base line persiapan untuk bertahan dan melawan. Jadi karakter dasar dari pembicaraan tersebut adalah base line-nya bertahan dan melawan. Nah itu yang inti dari penjelasan,” kata Anam.
Dalam kesempatan itu, Anam menjelaskan pemeriksaan voice note dan transkrip, rekaman suara serta linimasa digital ini dilakukan secara manual. Tak hanya itu, Komnas HAM kata dia juga melakukan konfirmasi kepada saksi yang masih hidup yang suaranya terdengar di voice note tersebut.
“Yang berbicara dalam voice note yang masih hidup tersebut, termasuk di dalamnya meminta penjelasan konteks dan lokasi,” kata Anam.
(CNN/ZA)