Dirut Garuda Sanggup Selamatkan Garuda

Lintas7News.com – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengaku masih mampu menyelamatkan perusahaan meski utang menggunung akibat pandemi covid-19.

Ia meyakini permasalahan yang membelit keuangan perusahaan dapat diselesaikan dengan opsi pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Dalam opsi ini Garuda dan para kreditur diberi waktu 270 hari alias 9 bulan untuk menegosiasikan utang yang ada.

Bila disepakati kedua pihak, maka Garuda dapat merestrukturisasi utang. Namun bila tidak, ada potensi Garuda digugat pailit. Oleh karena itu, ia menyebut perusahaan harus menyiapkan rencana penawaran yang tepat agar dapat disetujui oleh pihak pemberi utang.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – “Masih sanggup kah kita menyelamatkan Garuda? Masih dan harus,” bebernya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Senin (21/6).

Ia menyebut manajemen Garuda condong memilih opsi penyelamatan kedua dan ketiga karena tidak ingin membebankan pemerintah dengan utang yang ada.

Opsi kedua, menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda Indonesia. Detailnya, pemerintah akan menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban meliputi utang, sewa, dan kontrak kerja.

Lalu opsi ketiga, pemerintah merestrukturisasi Garuda Indonesia dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Detailnya, pemerintah akan membiarkan Garuda Indonesia melakukan.

“Pilihan yang kami ambil lebih ke opsi ke dua dan tiga, restrukturisasi, karena utang ini enggak mungkin kalau mesti ditanggung pemerintah,” tambahnya.

Dia menjabarkan kalau sepanjang 2020 Garuda mengalami kerugian mencapai US$2,5 miliar atau setara Rp35 triliun (kurs US$14 ribu) seperti tercatat dalam laporan keuangan belum diaudit.

Kinerja terjun bebas dari laporan 2019 yang masih membukukan untung US$6,99 juta. Kerugian yang diderita perusahaan sepanjang tahun lalu disebabkan turunnya pendapatan yang mencapai 78 persen.

Sementara, total kewajiban atau utang Garuda sepanjang 2020 mencapai US$9,57 miliar atau setara Rp134 triliun.

Pada kesempatan tersebut, Irfan juga mengungkapkan bahwa pihaknya bakal menutup berbagai penerbangan internasional. Pada bulan depan penerbangan menuju Melbourne dan Perth, Australia akan ditutup. Penerbangan menuju Australia hanya akan dibuka untuk tujuan Sydney, itu pun hanya seminggu sekali.

Perusahaan juga tengah mempertimbangkan penutupan destinasi Amsterdam, Kuala Lumpur, dan Seoul. Lalu, tujuan Singapura akan dikurangi. Sementara, tujuan ke Osaka, Jepang malah sudah lebih dulu ditutup.

Adapun destinasi yang masih menguntungkan adalah Bangkok, Hong Kong, dan China.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.