Ungakapan Kemenkes Terkait Kenaikan Kasus Kematian Akobat Covid-19

Lintas7News.com – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan beberapa alasan mengapa angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tinggi di saat tingkat keterisian rumah sakit (BOR) menurun.

Nadia menilai, menurutnya BOR bukan berarti pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan juga menurun.

Ia menyebut, hal itu bisa terjadi karena kemungkinan banyak pasien Covid-19 yang meninggal di luar rumah sakit. Mereka, kata Nadia, tidak ke RS karena beberapa faktor.

“Karena masih banyak penderita positif yang terlambat mengakses layanan RS, dan masih banyak yang isoman tetapi tidak mau dirujuk ke isolasi yang terpusat,” kata Nadia, Rabu (28/7).

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Selain itu, tingginya kematian juga dipengaruhi oleh adanya mutasi virus covid-19 yang dianggap lebih berbahaya, yakni varian Delta.

“Kita tahu pola varian Delta meningkatkan keparahan gejala klinis,” ucap Nadia.

Nadia juga menepis adanya kemungkinan tingginya kematian karena fasilitas kesehatan kurang. Sebab, kata dia, jika BOR turun maka artinya fasilitas cukup.

“Saat ini BOR turun artinya ketersediaan sarana mencukupi,” ujarnya.

Sementara itu, untuk tenaga kesehatan, Nadia mengaku pihaknya masih mengupayakan agar RS rujukan atau fasilitas layanan kesehatan lainnya tidak mengalami kekurangan.

“Tuk nakes kita masih melakukan pemenuhan kebutuhan terutama untuk fasilitas RS lapangan maupun isolasi terpusat,” ucap dia.

Diketahui, BOR RS di sejumlah wilayah di Indonesia disebut-sebut mengalami penurunan. Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menyebutkan beberapa daerah yang mengalami penurunan tingkat keterisian rumah sakit antara lain, Kudus, Pati, Rembang, dan Semarang, Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.

“Semarang bahkan disebutkan BOR (bed occupancy rate)-nya yang kemarin sempat 92 [persen], sekarang 66 persen. Jakarta BOR-nya memang 76 persen, dengan ICU yang turun 85 persen BOR-nya,” kata Adib dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa (27/7).

Kasus positif harian juga mengalami tren penurunan dalam beberapa hari terakhir. Kasus tertinggi pada 15 Juli dengan total 56.757 kasus harian. Sejak itu kasus harian fluktuatif dengan kecenderungan menurun.

Pada 24 Juli kasus harian tercatat 45.416 kasus, kemudian turun jadi 38.679 dan 28.228 pada 25 dan 26 Juli. Kasus [positif harian kembali naik menjadi 45.203 pada 27 Juli.

Di saat bersamaan, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia justru tinggi. Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) covid-19,  sebanyak 2.069 orang meninggal pada Selasa (27/7). Sebelumnya, pada 25 dan 26 Juli kasus kematian tercatat sebanyak 1.226 dan 1.487.

Pertambahan kasus kematian itu merupakan tertinggi selama pandemi menjangkit di Indonesia. Bahkan, berdasarkan data Worldometer, Indonesia menempati peringkat teratas, terpaut jauh dari posisi kedua yang dihuni Brasil dengan 1.320 dan Rusia dengan 779 kasus.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.