Lintas7New.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terdapat tiga gunung api aktif yang berpotensi erupsi besar.
Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono menyebut ketiga gunung tersebut saat ini berstatus level III atau siaga. Saat ini ketiga gunung erupsi secara teratur.
“Kemungkinan erupsi besar kemungkinan itu Ada saja, tapi kan tidak bisa pengumuman ke masyarakat bahwa akan ada erupsi besar,” ujar Eko, Senin (13/12) siang.
“Yang lain juga banyak yang aktif contoh misalnya yang level siaga ada gunung Merapi, gunung Sinabung, gunung Ili Lewotowok itu semuanya erupsi secara teratur,” sambungnya.
Kendati berpotensi erupsi besar, ia tak dapat memastikan kapan ketiga gunung itu bakal memuntahkan isi perut, atau mengeluarkan awan panas guguran skala besar.
Eko mengklaim saat ini pihaknya terus melakukan pantauan aktivitas di seluruh gunung api aktif selama 24 jam.
Hal itu disebutnya lantaran beberapa gunung api aktif sudah mengeluarkan ciri erupsi besar seperti adanya aliran magma ke atas permukaan gunung, kandungan gas kimia, deformasi atau pembengkakan struktur gunung, hingga ketampakam visual.
“Jadi kan kami rekam tuh ada beberapa aktivitas seperti aliran magma ke atas, kemudian gas kimia yang keluar memperlihatkan juga ciri-ciri peningkatan aktivitas, ada deformasi dari gunung. Jadi gunungnya membengkak, kemudian visualisasinya kelihatan keluar asap-asap dan sebagainya,” tuturnya.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Pantauan seismik dalam dan dangkal juga diklaim Eko tak luput dari rekaman. Sehingga, apabila menunjukkan parameter semakin banyak, masyarakat bisa waspada dan hati-hati.
Meskipun ada tiga gunung api yang masuk dalam level Siaga, Eko mengklaim pihaknya juga turut memantau aktivitas gunung api yang ada di level I atau berstatus normal.
Ia mengatakan beberapa gunung api aktif seperti di Amerika Serikat dan Jepang terjadi erupsi besar, meskipun dikategorikan level I.
Peta Rawan Bencana
Di samping itu Eko mengatakan Badan Geologi sudah memetakan lokasi rawan bencana di setiap gunung api aktif. Hal itu seharusnya menjadi acuan, sehingga apabila terjadi erupsi besar masyarakat setidaknya bisa terhindar.
“Kemudian ikutilah arahan dari BPBD atau pemerintah daerah yang dasarnya informasi yang kami berikan,” pungkasnya.
Lebih lanjut apabila ingin mendapatkan informasi terkait aktivitas gunung api bisa diperoleh dari pusat vulkanologi mitigasi bencana geologi di badan geologi.
“Mungkin bisa dilihat di pos pengamat,dan juga bisa akses ke magma.esdm,” tutur Eko.
Lewat pemetaan yang dilakukan Badan Geologi tersebut pihaknya juga telah menyusun peta lajur evakuasi yang direkomendasikan jika terjadi erupsi besar.
Namun demikian Eko mengakui saat ini pihaknya tengah menerjunkan tim ke lapangan, untuk mengetahui jangkauan dari dampak erupsi gunung api.
“Kami saat ini menurunkan tim tanggap darurat untuk melihat atau mengupdate peta KRB (kawasan rawan bencana) kami, karena sekarang ternyata dari sektor satelit ada perubahan coverage dari awan panas dan lahar itu lebih luas,” pungkasnya.
Sebagai informasi, erupsi awan panas guguran di Gunung Semeru pada Sabtu (4/12) menyembur hingga radius 11 kilometer. Sedangkan peringatan dini yang diberikan Badan Geologi sebelumnya ada pada radius 5 kilometer.
(CNNIndonesia/RI)