Janji Cegah Perang Nuklir, 5 Negara Buat Kesepakatan Bersama

Lintas7News.com – Lima kekuatan global termasuk China dan Amerika Serikat berjanji mencegah penyebaran dan risiko perang nuklir melalui sebuah pernyataan bersama pada Senin (3/1).

“Kami sangat yakin bahwa penyebaran lebih lanjut senjata semacam itu (nuklir) harus dicegah,” kata AS, China, Prancis, Rusia, dan Inggris dalam pernyataan bersama yang langka.

“Perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperangi,” papar kelima negara yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB tersebut menambahkan.

Pernyataan itu keluar setelah tinjauan terakhir Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) ditunda dari jadwal semula Selasa (4/1) karena pandemi Covid-19.

Terlepas dari ketegangan antara China, Rusia dan AS Cs, lima negara itu melihat “penghindaran perang antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan pengurangan risiko strategis perang nuklir sebagai tanggung jawab kami.”

“Masing-masing dari kami bermaksud untuk mempertahankan dan lebih memperkuat langkah-langkah nasional untuk mencegah penggunaan senjata nuklir yang tidak sah atau tidak disengaja,” bunyi pernyataan tersebut.

Pernyataan itu juga berjanji untuk mematuhi artikel kunci dalam NPT di mana negara-negara berkomitmen untuk pelucutan senjata nuklir penuh di masa depan.

Rusia menyambut baik deklarasi oleh kekuatan atom dan menyatakan harapannya akan mengurangi ketegangan global.

“Kami berharap, dalam kondisi keamanan internasional yang sulit saat ini, persetujuan pernyataan politik semacam itu akan membantu mengurangi tingkat ketegangan internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Sementara itu, Wakil menteri luar negeri China Ma Zhaoxu mengatakan bahwa janji itu “akan membantu meningkatkan rasa saling percaya dan menggantikan persaingan di antara kekuatan-kekuatan besar dengan koordinasi dan kerja sama”.

Pernyataan bersama ini muncul ketika ketegangan antara Rusia dan AS terus memuncak melebihi saat Perang Dingin. Ketegangan Rusia dan AS terjadi sejak Moskow diduga berencana menginvasi Ukraina lagi awal tahun ini menyusul pengerahan pasukan dalam skala besar ke perbatasan.

Sementara itu, Rusia khawatir soal ekspansi NATO ke wilayah timur Eropa. Akibat ketegangan ini, Rusia dan AS akhirnya sepakat menggelar pertemuan di Jenewa pada 10 Januari mendatang.

Sementara itu, kebangkitan China di bawah Presiden Xi Jinping juga menimbulkan kekhawatiran bahwa ketegangan Beijing dan Washington dapat menyebabkan konflik, terutama soal Taiwan.

Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang membangkang karena ingin memerdekakan diri. Sementara itu, AS memiliki tanggung jawab mendukung Taiwan meski kedua negara tak memiliki hubungan resmi.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.