Lintas7News.com – Australia mengundang para pelancong seperti backpacker dan pelajar asing datang ke Negeri Kanguru dan bekerja setelah kekurangan pegawai imbas Covid-19 yang sedang melonjak akibat varian Omicron.
Perdana Menteri, Scott Morrison, mengatakan negaranya akan menggratiskan biaya aplikasi visa senilai A$630 (Rp6,5 juta) bagi semua backpacker atau pelajar asing yang datang ke Australia dalam 12 pekan ke depan.
Morrison mendukung para pelancong dan mahasiswa asing itu untuk mencari pekerjaan selama berada di Negeri Kanguru.
“Ayo pergi sekarang jika kamu ingin mengunjungi Australia,” tutur Morrison dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi Australia, pada Rabu (19/1).
“Kelilingi seluruh negeri, dan di waktu yang sama ikut bergabung dengan tenaga kerja kami, dan membantu kami di sektor agrikultur, di sektor perhotelan, dan berbagai sektor ekonomi lain yang mengandalkan tenaga kerja tersebut,” lanjutnya.
Meski mengakui ancaman gelombang Omicron di Australia, Morrison mengklaim tingkat kematian akibat Covid-19 Negeri Kanguru merupakan salah satu yang terendah di dunia.
“Australia terus membuktikan ketangguhannya terlepas dari rasa frustrasi dan kekhawatiran yang muncul (akibat pandemi),” kata Morrison lagi.
“Sistem kesehatan kita, meskipun mengalami banyak tekanan, masih tetap bertahan.”
Undangan untuk para pelancong ini diumumkan setelah Morrison kerap mendapatkan kritik atas penanganan pandemi Covid-19, yang beberapa waktu lalu mencatat rekor infeksi dan kematian.
Pada Rabu (19/1), otoritas Australia melaporkan hampir 80.000 kasus baru dan 67 kematian baru. Negara ini memecahkan rekor kematian mencapai 77 kasus dalam sehari pada Selasa (18/1).
Kepala Petugas Kesehatan Paul Kelly juga mengingatkan, Australia akan menghadapi kenaikan angka kematian yang jauh lebih banyak daripada saat ini. Total angka kematian di negara itu akibat Covid-19 mencapai 2.837.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Akibat lonjakan kasus ini, bisnis di Australia harus berhadapan dengan banyak pekerja yang sakit ataupun harus isolasi mandiri. Kekurangan pekerja ini berujung pada berkurangnya suplai produk dan membuat pedagang harus membatasi pembelian barang-barang esensial.
Pada akhirnya, kekurangan ini membuat pertumbuhan ekonomi Australia terhambat.
Di waktu yang sama, kenaikan angka rawat inap menjadi beban tersendiri bagi sistem kesehatan Australia. Sebanyak 5.025 orang masuk ke rumah sakit pada Selasa (18/1), naik sebanyak 759 kasus dibandingkan bulan lalu.
Sementara itu, hampir 1,3 juta kasus Covid-19 yang terdeteksi, terjadi hanya dalam dua pekan.
Di negara bagian Victoria, rumah sakit mengubah status mereka menjadi ‘kode cokelat’, yang biasanya digunakan saat menangani bencana atau peristiwa dengan korban massal.
Di negara bagian New South Wales, beberapa perawat mempersiapkan unjuk rasa di salah satu rumah sakit terbesar Sydney untuk menyuarakan masalah kekurangan staf.
(CNNIndonesia/RI)