Warga Keberatan Jika Tarif Listrik Dinaikkan

Lintas7news.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal bahwa tarif listrik bakal naik dalam waktu dekat.

Hal itu diklaim untuk menghemat kompensasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp7 triliun-Rp16 triliun.

“Penyesuaian atau pengurangan penggunaan BBM dan tekanan APBN di sektor ketenagalistrikan, dalam jangka pendek rencana penerapan tariff adjustment 2022 ini untuk bisa dilakukan penghematan kompensasi Rp7-Rp16 triliun,” ujar Arifin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4).

Dalam agenda itu, Arifin turut memberi sinyal terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.

Pemerintah, terang dia, akan melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi dengan tingkat keekonomian. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia naik maka otomatis harga BBM non subsidi dan Pertalite juga ikut meningkat.

“Serta penyesuaian harga BBM non subsidi sesuai keekonomian yang pasarnya untuk kalangan menengah ke atas, penyesuaian harga Pertalite, minyak solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti,” tutur Arifin.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Mengenai rencana kenaikan tarif listrik membuat sejumlah warga keberatan dan mengeluh.

Aurum (24), seorang pekerja yang baru lulus kuliah menggerutu setelah mendengar rencana Kementerian ESDM yang akan menyesuaikan tarif listrik dalam waktu dekat.

Sebab, ia banyak bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Jika tarif listrik naik, maka biaya yang harus ia tanggung akan membengkak.

“Sebenarnya kalau listrik naik itu sangat membebani karena saya baru lulus dan pemasukan saya masih gaji entry level dan juga banyak sekarang WFH. Jadi, pengeluaran untuk listrik ditanggung sendiri,” ujar Aurum, Rabu (13/4).

Ia mengaku konsumsi listriknya cukup tinggi karena harus selalu terhubung dengan saluran internet dan mengisi baterai untuk laptop hingga kamera.

“Jadi, ketika listrik naik pasti akan membebani karena konsumsi listrik saya sangat tinggi karena semuanya dari printer terus laptop dan kadang harus nge-charge kamera, kadang gadget lain,” imbuhnya.

Senasib, Putri (32) juga mengeluhkan rencana pemerintah yang bakal menaikkan tarif listrik. Sebagai anak kos, ia harus menanggung semua sendiri, termasuk listrik.

“Sebagai seorang karyawan swasta yang tinggal di kos dan lebih sering bekerja dari rumah, perihal harga listrik naik ini cukup membebani saya. Pengeluaran listrik saat ini ditanggung saya sendiri, di luar dari fasilitas yang diberikan manajemen kos,” kata Putri.

Jika tarif listrik benar-benar naik, maka Putri akan mengurangi pengeluaran lain. Hal ini agar arus kas tetap terjaga.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.