Lintas7news.com – Amerika Serikat mengerahkan kapal perang rudal USS Port Royal ke Selat Taiwan beberapa hari usai China menggelar latihan militer di dekat wilayah tersebut.
Armada Angkatan Laut AS ke-7 di Asia Pasifik mengatakan kapal penjelajah berpeluru kendali USS Port Royal melakukan transit “rutin” di Selat Taiwan sesuai dengan hukum internasional pada Selasa (10/5). Ini merupakan misi kedua AL AS dalam dua pekan terakhir.
Kapal perang AS memang rutin melakukan pelayaran semacam itu di Selat Taiwan sebulan sekali. China pun berulang kali geram dan protes setiap kali kapal AS melewati Selat Taiwan.
Beijing menganggap langkah AS tersebut tanda dukungan Washington terhadap Taiwan, wilayah yang China anggap membangkang karena ingin memerdekakan diri.
Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan pasukannya juga memantau dengan ketat seluruh pergerakan USS Port Royal di perairan Taiwan.
Beijing menganggap pelayaran USS Port Royal dengan “sengaja meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan”.
“Pasukan teater menjaga kewaspadaan tinggi setiap saat, dengan tegas melawan semua ancaman dan provokasi, dan dengan tegas mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” ucap Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Taipei mengatakan kapal perang AS tersebut berlayar ke utara melalui Selat Taiwan dan hal itu adalah biasa.
Insiden ini berlangsung beberapa hari setelah Angkatan bersenjata China melancarkan latihan tempur di dekat Taiwan pada Jumat pekan lalu.
Beijing menuturkan latihan itu dilakukan guna meningkatkan koordinasi operasi tempur bersama.
Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan aset angkatan laut dan angkatan udaranya menggelar latihan tempur tersebut di timur dan barat daya Taiwan.
Latihan militer China ini pun berlangsung kala Beijing disebut tengah berhati-hati mempelajari langkah Rusia menginvasi Ukraina untuk memutuskan langkah terhadap Taiwan.
Kepala badan intelijen Amerika Serikat (CIA), Bill Burns menuturkan hal tersebut dilakukan China karena sedang berupaya mengontrol langsung Taiwan.
“Jelas sekali pemimpin China mencoba untuk melihat hati-hati pelajaran apa yang bisa mereka ikuti dari Ukraina tentang ambisi mereka sendiri dan Taiwan,” kata Burns, Minggu (8/5).
(CNNIndonesia/RI)