Lintas7news.com – Status Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara turun dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga). Gunung api yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut tersebut terakhir kali erupsi pada 28 Juli 2021.
“Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta potensi ancaman bahayanya, dinilai tingkat aktivitas Sinabung dapat diturunkan dari Level Siaga ke Level Waspada terhitung mulai 17 Mei 2022 pukul 21 WIB,” kata Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Badan Geologi dan PVMBG ArmenPutra, Kamis (19/5).
Armen mengatakan visual Gunung Sinabung periode 1 Januari – 17 Mei 2022 didominasi oleh asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 50-500 meter dari puncak. Guguran masih terjadi, namun secara visual, jarak dan arah luncuran tidak teramati.
“Jumlah kegempaan vulkanik dalam maupun vulkanik dangkal dalam kurun waktu 4 bulan terakhir secara umum mengalami penurunan,” katanya.
Berdasarkan data deformasi dalam kurun waktu empat bulan terakhir, kegempaan cenderung fluktuatif dengan tren menurun.
“Dan data laju emisi SO2 hariannya
Menurut Armen secara visual pada periode 1 Januari – 17 Mei 2022 hembusan gas vulkanik masih sering terjadi dan teramati. Sedangkan guguran sesekali masih terjadi, namun jarak dan arah luncuran tidak teramati.
“Selain itu terjadi pertumbuhan kubah lava pada kepundan sebelah tenggara dalam laju rendah yang diindikasikan oleh gempa fasa banyak. Kubah lava masih berpotensi menghasilkan guguran lava atau aliran piroklastik,” terangnya.
Kemudian, tambah Armen, suplai dan migrasi magma dari kedalaman menuju permukaan terindikasi oleh gempa vulkanik dalam jumlah yang berfluktuatif dan relatif rendah. Aktivitas vulkanik belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan.
“Berdasarkan data pengamatan multi-parameter terkini dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Sinabung saat ini menunjukkan kecenderungan stabil namun potensi letusan atau erupsi masih ada, ” paparnya.
Namun begitu, Armen tetap mengingatkan agar masyarakat atau wisatawan tidak melakukan aktivitas di desa – desa yang sudah direlokasi, di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius 4,5 km untuk sektor selatan-timur Gunung Sinabung.
“Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar. Pemkab Karo agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau Pos Pengamatan Gunung Sinabung, ” paparnya.
Dilansir dari CNNIndoneisa.com – Sejak 2 Juni 2015 tingkat aktivitas Gunung Sinabung dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas). Saat itu aktivitas Gunung Sinabung terus meningkat. Pada 21 Mei 2016 sekitar pukul 16.48 WIB, Sinabung meletus dengan mengeluarkan awan panas. Dalam insiden tersebut, tujuh orang meninggal dunia dan dua lainnya mengalami luka bakar.
Gunung Sinabung kembali meletus hebat pada Senin 19 Februari 2018 dengan tinggi kolom abu mencapai 5.000 meter. Saat itu, besarnya letusan membuat sejumlah desa di Kabupaten Karo gelap gulita akibat tertutup material abu vulkanik.
Dalam letusan tersebut terdengar suara bergemuruh. Tingginya semburan abu vulkanik pada letusan disebut sebagai letusan yang terdahsyat pada 2018. Meski merupakan letusan terdahsyat sepanjang sejarah Sinabung, namun tidak ada korban jiwa dalam erupsi tersebut.
(CNNIndonesia/NB)