Lintas7news.com – Salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Sri Lanka, Merita, menceritakan pengalaman suaminya yang mengantre bahan bakar minyak (BBM) hingga tiga hari dan menginap di jalan.
“Stok BBM di Sri Lanka makin langka, suami saya kalau antre bensin itu terkadang dua sampai tiga hari harus menginap di jalan,” jelas dia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/7).
Ia membeberkan bahwa sang suami antre dengan kendaraan motornya. Suami Merita juga sempat sakit usai antre berhari-hari demi mendapat bensin.
Namun, kini ia mau tak mau harus menunggu lagi demi mendapat bensin. Sebab, Rabu (6/7), tersiar kabar tak ada lagi bensin di pom.
Pembelian pun kini terbatas. Warga tak bisa membeli bahan bakar ini untuk satu tangki penuh. Padahal Juni lalu, kata Merita, masyarakat masih bisa mengamankan bensin untuk satu tangki motor.
“Sekarang tambah parah. Dua atau tiga hari antre tidak full tank (terisi penuh) bahkan hanya 1,5 hingga dua liter saja kita dapat,” cerita dia.
Meski kondisi di Sri Lanka makin parah, Merita dan keluarga mengaku belum memutuskan kembali ke Indonesia dan masih bisa mencukupi kebutuhan pokok. Ia tinggal di negara itu sejak 2004, tercatat sudah 17 tahun.
“Masih aman di sini, Alhamdulillah. Sejauh ini kita masih bisa bertahan. KBRI akan selalu pantau keadaan kami. [KBRI] mengimbau pada masyarakat Indonesia agar selalu lapor jika membutuhkan pertolongan,” kata dia.
Selain itu, Merita menilai pulang ke Indonesia secara mandiri perlu banyak biaya yang tidak sedikit.
“Nah itu saya tidak mampu karena saya berpenghasilan hanya pas-pasan tiap harinya,” ujar dia.
Faktor keluarga juga menjadi alasan Merita untuk tetap bertahan di Sri Lanka. Ia memiliki mertua yang sudah lanjut usia dan tak mungkin ditinggalkan begitu saja.
Jikalau mereka pindah ke Indonesia, setidaknya Merita dan keluarga punya rencana yang matang untuk masa depan. Dan, mereka belum ada rencana hidup di RI.
“Mau pindah ke Indonesia pun harus tahu benar apa yang kita lakukan untuk berusaha hidup. Sedangkan lapangan kerja di Indonesia pun sangat sulit setahu saya,” tutur Merita.
Sementara itu, WNI lain di Sri Lanka memutuskan kembali ke Indonesia.
Krisis yang semakin parah membuat Binsar Silaen dan keluarga pulang ke Indonesia setelah 20 tahun hidup di Sri Lanka. Ia tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada hari ini.
“Kami bertahan demi sekolah anak. Jadi harus menyelesaikan A level di sana. Dan dua pekan lalu sudah selesai ujian A-level nya sehingga sudah tidak ada lagi yang membuat kami harus tinggal di sana,” tutur Binsar.
Binsar mengatakan warga yang antre untuk mendapat bahan bakar minyak (BBM) mencapai 6 kilometer saat negara itu bangkrut.
“Karena hanya satu perusahaan saja yang menjual BBM maka antrian semakin panjang, bahkan saat ini mencapai 6 km,” ujar dia.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Binsar mengakui stok BBM sudah menipis dan pasokan terdekat baru tiba sekitar 22-24 Juli mendatang. Saat ini hanya Indian Oil Company (IOC) yang menjual BBM untuk masyarakat umum, sementara perusahaan milik pemerintah Ceypetco, tak menjualnya.
Sebelum pulang ke RI, ia mengaku sempat antre gas dalam waktu yang lama.
Pasokan bahan bakar di Sri Lanka dilaporkan hanya tersisa untuk kurang dari satu hari.
Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera, mengatakan cadangan bensin tersisa sekitar 4.000 ton. Angka tersebut tepat di bawah konsumsi satu hari.
Di saat yang sama, antrean BBM masih mengular di Kolombo.
Mengantisipasi penggunaan BBM berlebih, pemerintah memperpanjang aturan kerja jarak jauh dan penutupan sekolah.
Sementara itu Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengaku kekurangan bensin akan berlangsung hingga 22 Juli. Ia mengaku pihaknya sudah membuat kesepakatan impor untuk empat bulan ke depan.
“Kami telah mengambil langkah sejak saat itu terutama untuk mendapatkan gas yang akan tersedia dalam beberapa hari ke depan, solar dan juga minyak tungku,” ucap Wickremesinghe.
(CNNIndonesia/NB)