Kronologi Roket China yang Jatuh di Kalimantan, Tuai Kritik Amerika

Lintas7news.com – Beberapa puing dari roket besar milik China yang jatuh ke Bumi sepanjang pekan lalu ditemukan di Asia Tenggara, tepatnya di Indonesia dan Malaysia.

Bagian inti roket Long March 5B itu, yang memiliki berat 25 tonn (22.5 metrik ton), jatuh ke Bumi dengan tak terkendali pada Sabtu (30/1). Bagian itu jatuh di atas Samudera India, dengan kebanyakan dari peluncurnya terbakar ketika ia terjatuh.

Namun sekitar 20 hingga 40 persen dari bagian tersebut selamat. Bagian-bagian itu jatuh antara lain di Kalimantan, Indonesia dan Sarawak, Malaysia.
Bagian-bagian tersebut ditemukan oleh penduduk lokal di berbagai titik. Beberapa di antaranya memiliki ukuran yang cukup untuk membuat cedera masyarakat jika jatuh ke pemukiman.

Di Kalimantan, puing-puing roket itu jatuh di lahan perkebunan milik warga Desa Pengadang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Hal itu dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sanggau, Siron.

Akan tetapi, tidak ada korban dari jatuhnya roket tersebut.

“Jadi, rangkuman CZ-5B, puing-puing cukup signifikan jatuh di Kalimantan, Indonesia, dan Sarawak, Malaysia. Tidak ada korban atau properti yang rusak, tetapi puing-puing itu ada di dekat perkampungan dan ceritanya bisa saja berbeda,” ujar Astrofisikawan dan pelacak satelit, Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Roket Long March 5B diluncurkan pada Rabu (24/7) di Wenchang. Roket itu membawa modul terbaru untuk stasiun luar angkasa permanen pertama milik China, Tiangong yang sedang dibangun.

Bagian inti roket sebetulnya sudah mencapai orbit bersama modul tersebut. Kemudian, ia ditarik kembali ke Bumi lewat tarikan atmosfer selama enam hari kemudian.

Strategi pembuangan -kehancuran yang tak terkendali dan sulit diprediksi dari orbit- tergolong unik bagi roket-roket besar. Biasanya, bagian inti roket disetela untuk penghancuran yang aman di lautan atau area nihil penduduk setelah peluncuran.

Namun pada skenario yang terjadi di roket Long March 5B cukup unik karena potensi melukai yang dibawanya pada setiap peluncuran. Karena itulah, banyak komunitas luar angkasa mengkritisi otoritas luar angkasa China karena membiarkan bagian inti Long March 5B menjadi sampah dan bongkahan besar di luar angkasa, yang mana telah terjadi di semua tiga misi roket mereka hingga hari ini.

“Apa yang seharusnya terjadi adalah, semestinya ada bahan bakar tersisa di roket untuk terkontrolnya roket masuk kembali,” kata Darren McKnight, dari LeoLabs, perusahaan pelacak roket yang berbasis di California.

“Itu hal bertanggungjawab yang dilakukan,” katanya menambahkan.

Di sisi lain, kritik juga datang dari Administrator Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Bill Nelson. “Republik Rakyat China tidak membagikan informasi spesifik soal trajektori saat roket Long March 5B mereka jatuh kembali ke Bumi,” kata Nelson seperti dilansir Washington Post.

“Semua negara yang punya misi luar angkasa harus mengikuti aturan terbaik yang berlaku dan ambil bagian dalam informasi terkait hal itu untuk membiarkan adanya prediksi soal risiko dari puing-puing, terutama yang berasal dari wahana yang berat, seperti Long March 5B,” ia menambahkan.

“Hal itu sangat krusial untuk pengunaan luar angkasa yang bertanggungjawab dan memastikan keselamatan manusia di Bumi,” Nelson menegaskan

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Jatuhnya puing roket Long March 5B ke sembarang tempat bukan kali pertama. Pada Mei 2020, roket pertama dari misi Long March 5 B jatuh di Pantai Gading. Kemudian puing-puing juga jatuh di Samudera Hindia pada April 2021 saat melaksanakan misi kedua.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.