Pemprov DKI: Tingginya Musim Kemarau Sebabkan Kualitas Udara Jakara Buruk

Asep Kuswanto  Kepala Dinas LH DKI Jakarta mengatakan buruknya kualitas udara di Jakarta saat ini disebabkan karena sedang tinggi-tingginya musim kemarau.
(Sumber: pixabay @shogun)

Bagikan Melalui

LINTAS7NEWS – Asep Kuswanto  Kepala Dinas LH DKI Jakarta mengatakan buruknya kualitas udara di Jakarta saat ini disebabkan karena sedang tinggi-tingginya musim kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan udara kurang baik.
“Memang kualitas udara Jakarta sepanjang 2023 ini cukup berfluktuatif. Tadi disampaikan Pak Dirjen, salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi musim kemarau Juli-September biasanya musim kemarau mencapai tinggi-tingginya, sehingga berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik,” kata Asep, dalam jumpa pers, Jumat (11/8/2023).

Asep menerangkan saat ini Pemprov DKI tengah menyusun regulasi. Salah satu aturan yang sudah ada, lanjut Asep yakni Instruksi Gubernur Nomor 66 tahun 2019 tentang pengendalian kualitas udara.

“Ke depannya pengendalian dalam bentuk Pergub dalam waktu dekat di tanda tangani Gubernur. Jadi ada 3 strategi, tata kelola pengendalian pencemaran udara melalui berbagai kebijakan dan egulasi, pengurangan emisi pencemaran udara, nanti mungkin Kadishub masalah penggunaan transportasi publik,” paparnya.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan kualitas udara cenderung naik saat musim kemarau. Dia mengatakan hal itu juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.


Baca Juga : Ferdy Sambo Batal Dihukum Mati, Jokowi Buka Suara


“Kecenderungannya biasanya pada saat musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita lihat sekarang. Jadi itu faktor yang mempengaruhi kondisi yang terjadi sekarang dan sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Hal lain yang perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udaranya itu ada siklus harian pada saat malam hari, dini hari, lepas pagi cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore itu karena ada siklus harian,” kata Sena.


Selain itu fenomena lainnya yakni lapisan inversi di wilayah urban saat musim kemarau. Dia mengatakan fenomena itu menyebabkan kecenderungan udara lebih dingin di lapisan bawah.


“Sehingga itu mencegah udara itu untuk naik dan terinversi itu juga penjelasan mengapa di Jakarta itu kelihatan keruhnya di bawah dibanding di atas, di mana perkotaan kita hidup bersama,” katanya.**

(NB)


Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.