Detik Akhir Penentuan Bakal Cawapres Ganjar dan Prabowo

Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, dua bakal calon presiden itu belum juga menentukan bakal calon wakil presiden (sumber intagram @prabowo_capres_2024)

Bagikan Melalui

LINTAS7NEWS – Meskipun pendaftaran ke KPU tinggal tiga minggu lagi, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, dua bakal calon presiden itu belum juga menentukan bakal calon wakil presiden . Sejumlah pengamat menilai kebuntuan di koalisi jadi penyebab belum ada pengumuman cawapres.
Sejauh ini, ada tiga poros menuju Pilpres 2024. Koalisi Prabowo Subianto meliputi Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PBB, Partai Gelora, dan Partai Demokrat.

Koalisi Ganjar berisi PDIP, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo. Adapun poros Anies terdiri dari Partai NasDem, PKB, dan PKS.

Dari tiga poros itu, baru Anies Baswedan yang memiliki cawapres. Dia menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Adapun Prabowo baru sekadar dikaitkan dengan nama-nama seperti Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid, Airlangga Hartarto, hingga Gibran Rakabuming Raka.

Sementara itu, Ganjar juga baru sebatas dipasang-pasangkan dengan nama-nama seperti Sandiaga Uno, Mahfud MD, Khofifah, dan Andika Perkasa.

Di tengah kosongnya kursi cawapres Prabowo dan Ganjar, muncul isu peleburan poros. Ada isu yang menyebut gelaran pilpres nanti hanya diikuti dua kandidat presiden.

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menilai wacana itu bisa saja terjadi. Dia melihat koalisi potensi koalisi Anies melebur ke dua poros lainnya.

“Bisa tiga poros, bisa dua poros. Bisa saja nanti Pak Ganjar nanti bersaing dengan Pak Prabowo. Kalau misalkan PKB berubah pikiran, kan bisa juga. Bisa juga tetap tiga poros,” ujar Djarot saat ditemui di DPP PDIP, Jakarta, Senin (25/9).

Beberapa petinggi parpol lainnya ada yang meragukan pilpres dengan opsi dua poros. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan duet Ganjar-Prabowo di 2024.

“Tentu kita tidak akan memaksakan diri, enggak mungkin dalam satu koalisi ada dua capres berarti bisa maju dua-duanya,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (22/9).

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP UI Aditya Perdana menilai Prabowo dan Ganjar belum mengumumkan cawapres karena ada kebuntuan di koalisi masing-masing.

Dia berkata ada keinginan di kalangan elite politik untuk menyederhanakan pilpres menjadi satu putaran. Namun, tidak ada sosok cawapres yang bisa membuat capres langsung mendapat 50 persen plus satu suara di putaran pertama.

“Deadlock koalisi karena setiap calon wakil presiden yang di tiga poros ini enggak ada yang langsung menggerek, menaikkan, elektabilitas secara signifikan,” kata Aditya, Rabu (27/9).

Dia juga menduga ada pembicaraan kompensasi yang belum selesai. Partai-partai belum bersepakat soal jatah kursi menteri jika capres yang mereka usung terpilih.

Di saat yang sama, ada wacana peleburan poros. Aditya menilai mungkin saja Ganjar dan Prabowo belum mengumumkan cawapres karena masih terbuka dengan opsi peleburan.

“Dari sisi koalisi yang terbentuk masih cair dan apa pun masih bisa terbuka peluangnya untuk bisa mencalonkan karena memang prosesnya masih sekitar tiga minggu lagi (sebelum pendaftaran di KPU),” ujarnya.
Baca Juga :Tanpa Tarik Pasukan Dari Rempang, Permohonan Maaf TNI Dinilai Tak Cukup
Sementara itu, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menyebut Prabowo dan Ganjar dalam posisi saling intip. Mereka masih mau melihat situasi sebelum menentukan cawapres.

Wasisto mengatakan elektabilitas Prabowo dan Ganjar di sejumlah survei masih bersaing. Dua poros itu tak mau salah langkah dengan mengumumkan cawapres sejak dini.

“Pola saling intip, salin menerka, menjadi hal yang tidak terelakkan. Posisi cawapres menjadi kartu As yang akan melengkapi kekurangan masing-masing figur,” ucap Wasisto saat dihubungi, Rabu.

Wasisto mengatakan situasi berbeda terjadi di poros Anies. Anies perlu mengumumkan cawapres sedini mungkin untuk mendongkrak elektabilitas.

Dia melihat keputusan Anies lebih dulu mengumumkan cawapres mulai terlihat hasilnya. Survei Politika Research and Consulting (PRC) merekam 22,4 persen pemilih PKB mulai migrasi dari Prabowo ke Anies.

“Kalau di sisi lain seperti Ganjar dan Prabowo strategi elektoral beda. Ini yang mungkin masih bernegosiasi formula yang tepat,” kata Wasisto.

“Saya melihat akan ditentukan di menit akhir,” tambahnya.**

(NB)


Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.