LINTAS7NEWS – McDonald’s berada di tengah kontroversi setelah waralaba Israel mengumumkan rencana untuk menyediakan makanan gratis kepada tentara Israel selama konflik yang sedang berlangsung dengan Hamas.
McDonald’s mengungkapkan inisiatif tersebut di Instagram, menyatakan niatnya untuk menyumbangkan ribuan makanan setiap hari kepada tentara yang bertugas aktif, selain menawarkan diskon kepada personel militer yang mengunjungi restorannya.
Salah satu netizen menuliskan cuitan di Twitter bahwa McDonald’s akan memberikan ribuan makanan setiap hari kepada tentara israel.
“McDonald’s di Israel mengumumkan bahwa mereka akan memberikan 4.000 paket makanan setiap hari kepada personel militer. Di negara tetangga Lebanon, PR ini tidak diterima dengan baik dan salah satu cabang McDonald’s dihancurkan,” tulis pada akun tweeter @vladis_shadow pukul 02.44 pm, Minggu (15/10).
Beberapa pengguna mengkritik keputusan jaringan restoran tersebut, dengan alasan bahwa keputusan tersebut harus selaras dengan prinsip-prinsipnya dan menghindari mendukung entitas yang terlibat dalam konflik, terutama yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang tak berdosa.
Seruan boikot terhadap McDonald’s muncul di kalangan kelompok tertentu. Sebab beberapa pengguna memuji McDonald’s Israel atas dukungannya terhadap Pasukan Pertahanan Israel.
Perkembangan ini memicu protes di Lebanon, di mana lokasi McDonald’s dilaporkan diserang oleh kelompok Palestina. McDonald’s Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mengklarifikasi bahwa tindakan pewaralaba lain di negara lain tidak mewakili pandangan atau posisi McDonald’s Lebanon. Mereka menyatakan komitmennya terhadap bangsa dan rakyatnya.
Sementara itu, McDonald’s lainnya di wilayah tersebut menyatakan solidaritasnya terhadap Gaza. McDonald’s Oman mengumumkan sumbangan $100.000 untuk upaya bantuan bagi masyarakat Gaza.
McDonald’s UEA menyumbangkan AED 1 juta kepada Bulan Sabit Merah Emirates untuk kampanye “Tarahum untuk Gaza” mereka. McDonald’s di Turki juga menjanjikan paket bantuan kemanusiaan sebesar $1 juta untuk penduduk yang terkena dampak perang di Gaza, dengan fokus pada perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.**
(OAS)