LINTAS7NEWS – Iran disebut merencanakan plot pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sebagai tanggapan, Trump menegaskan permintaannya agar Iran ‘dihukum dengan sangat keras’ jika dirinya menjadi korban. Kejadian ini menggarisbawahi eskalasi ketegangan geopolitik yang membutuhkan pendekatan diplomatik yang hati-hati dan bijaksana.
Seperti yang diketahui, Trump pernah menjadi target percobaan pembunuhan di mana ia selamat setelah berhasil memalingkan mukanya. Peluru yang hampir mengenai kepalanya akhirnya melukai telinganya.
Siapa sangka, intelijen Amerika Serikat (AS) telah beberapa pekan terakhir memperoleh informasi yang jelas tentang rencana Iran untuk membunuh mantan Presiden Donald Trump. Namun, penting untuk dicatat bahwa informasi ini tidak terkait dengan percobaan pembunuhan baru-baru ini terhadap Trump.
baca juga : Tunggu Hasil Akhir Donald Trump Bicara tentang Pilpres 2024.
Ancaman pembunuhan yang dilaporkan berasal dari Iran terhadap Trump telah mendorong Secret Service untuk meningkatkan pengamanannya sejak beberapa pekan yang lalu.
Seperti dilaporkan oleh AFP pada Rabu (17/7/2024), CNN melaporkan bahwa otoritas AS telah menerima informasi intelijen dari “sumber manusia” mengenai rencana Iran untuk menargetkan mantan Presiden AS tersebut. Berdasarkan laporan ini, langkah ini memicu peningkatan perlindungan bagi Trump.
Media-media AS lainnya juga telah mengabarkan mengenai rencana pembunuhan Trump yang diduga berasal dari Iran.
Namun, tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan yang terjadi pada kampanye di Butler, Pennsylvania, pada 13 Juli lalu, di mana seorang pria bersenjata bernama Thomas Matthew Crooks melepaskan tembakan ke arah Trump yang sedang berbicara di podium kepada para pendukungnya.
baca juga : Investigasi Lanjutan : Lima Pertanyaan yang Harus Diajukan kepada Dinas Rahasia Setelah Insiden Trump.
Dewan Keamanan Nasional AS telah mengkonfirmasi bahwa mereka secara rutin melacak ancaman yang berasal dari Iran terhadap mantan pejabat pemerintahan Trump selama beberapa tahun terakhir. Ini terutama intensif setelah Teheran mencoba membalas kematian komandan Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani, pada tahun 2020.
“Kami menganggap ini sebagai masalah keamanan nasional dan prioritas keamanan dalam negeri yang tertinggi,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Adrienne Watson, dalam pernyataannya.**
(sd)