LINTAS7NEWS – Hari Pramuka Nasional dirayakan setiap 14 Agustus, dan pada tahun 2024, kita akan memperingati yang ke-63 kalinya.
Berdasarkan Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 104 Tahun 2024, tema Hari Pramuka Nasional 2024 adalah “Pramuka Berjiwa Pancasila Menjaga NKRI”.
Hari Pramuka diadakan untuk memperkuat jiwa dan semangat kepanduan di kalangan anak muda, serta sebagai kesempatan untuk menghormati perjuangan generasi terdahulu dalam mempertahankan nilai-nilai kepanduan.
Dalam buku Tunas Mengenal Dunia Pramuka Indonesia oleh Kak Sam Rizky (2012), dijelaskan bahwa gerakan kepanduan yang menjadi cikal bakal Pramuka pernah dilarang selama masa penjajahan. Simak penjelasan lengkapnya mengenai sejarah Pramuka di Indonesia dibawah:
Sejarah Awal Pramuka di Indonesia
Lahirnya Pramuka di Tengah Kolonial
Lahirnya gerakan kepanduan atau Pramuka di Indonesia tak bisa dipisahkan dari pengaruh kolonialisme. Ketika Perang Dunia I meletus, Belanda memiliki organisasi kwartir besar yang dikenal sebagai Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Organisasi yang dibentuk pada tahun 1916 tersebut ditujukan untuk pandu-pandu di wilayah Hindia-Belanda. Di Indonesia, Belanda juga memiliki organisasi serupa yang dikenal dengan nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).
Baca juga : Menelusuri Sejarah Bendera Merah Putih yang Sudah Ada Sejak Majapahit
Meskipun demikian, pada awalnya warga Indonesia tidak diizinkan bergabung karena kekhawatiran pihak Belanda bahwa organisasi tersebut bisa menjadi tempat untuk menyalurkan aspirasi. Pada tahun yang sama, Sultan Pangeran Mangkunegara VII memprakarsai pendirian organisasi kepanduan di Indonesia.
Kemudian lahir Javanese Padvinders Organisatie (JPO), yang memprakarsai pemuda lain untuk mendirikan gerakan kepanduan di Indonesia.
Pada tahun 1918, muncul gerakan Padvinder Muhammadiyah, yang kemudian berganti nama menjadi Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1920.
Organisasi pelajar juga berperan dengan mendirikan organisasi kepanduan bernama Nationale Padvinderij pada tahun 1921. Selain itu, Syarikat Islam mendirikan Syarikat Islam Afdeling Padvinderij.
Gerakan kepanduan lainnya yang muncul pada masa itu adalah Nationale Islamitische Padvinderij (Natipij) yang didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB), serta Jong Indonesisch Padvinderij Organisatie (Inpo).
Semangat kepanduan di kalangan anak muda semakin membara setelah peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Momen bersejarah ini memacu mereka untuk lebih giat dalam menggerakkan dan memperluas kegiatan kepanduan.
Larangan di Masa Jepang
Dengan banyaknya organisasi kepanduan yang muncul pada masa penjajahan Belanda, pergerakan anak muda sempat terhambat setelah Belanda mundur dan Jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia.
Pemerintah Jepang melarang pendirian organisasi kepanduan karena khawatir hal tersebut akan memperkuat persatuan di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagai gantinya, Jepang membentuk organisasi pemuda seperti Seinendan (barisan pemuda), Keibodan (barisan penjaga keamanan), dan Peta (tentara sukarela Pembela Tanah Air).
Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia
Gerakan kepanduan sempat dilarang selama penjajahan Jepang. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, organisasi kepanduan mulai aktif kembali.
Pada saat itu, beberapa tokoh berkumpul di Yogyakarta, dan Presiden Ir. Soekarno memerintahkan pembentukan Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Baca juga : Jokowi : Jadikan Pramuka Sebagai Pelopor Kedisiplinan Prokes
Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia digelar di Surakarta pada 27-29 Desember 1945. Kongres ini berhasil membentuk satu-satunya organisasi kepramukaan se-Indonesia, yaitu Pandu Rakyat Indonesia.
Meskipun Pandu Rakyat Indonesia telah dibentuk, Belanda yang kembali menyerang Indonesia pada 1948 tidak secara resmi menerima organisasi tersebut. Kondisi ini justru mendorong munculnya lebih banyak gerakan kepanduan di Indonesia.
Contohnya adalah Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Para anggota gerakan kepanduan ini turut memberikan dedikasi mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia kembali aman dari penjajahan, Kongres Kepanduan II dilaksanakan di Yogyakarta pada 20-22 Januari 1950.
Hasil kongres memutuskan agar kelompok kepanduan yang sempat padam akibat penjajahan Belanda segera diaktifkan kembali. Secara bertahap, organisasi kepanduan di Indonesia mulai bangkit kembali.
Kekuatan kepanduan di Indonesia semakin menguat, terutama setelah pembentukan Ikatan Pandu Indonesia (Ipindo) pada 16 September 1951. Dua tahun kemudian, IPINDO resmi bergabung sebagai anggota kepanduan dunia.
Pramuka lahir, Bertahan, dan Berkembang Hingga Saat Ini
Selain Ipindo, terdapat federasi besar pramuka lainnya seperti Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Dengan banyaknya anggota pramuka, akhirnya tercetuslah organisasi gabungan bernama Perkindo.
Namun, karena adanya rasa golongan yang tinggi dalam Perkindo, pemerintah mulai mengawasi organisasi ini. Kekhawatiran muncul bahwa hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh kelompok komunis dan sejenisnya.
Baca juga : 9 Desember, Sejarah dan Makna Hari Antikorupsi Sedunia
Pada 9 Maret 1961, tokoh-tokoh penting, termasuk Presiden dan MPRS, berkumpul untuk merundingkan hal tersebut. Hasilnya, lahirlah Praja Muda Karana (Pramuka) sebagai bentuk organisasi kepanduan di Indonesia yang diakui negara.
Pembentukan Pramuka diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka, yang menetapkan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang bertugas menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak muda di Indonesia.
Pada 30 Juli 1961, wakil-wakil organisasi kepanduan di Indonesia mengeluarkan pernyataan di Istana Olahraga Senayan. Momen tersebut menandai awal penggabungan seluruh gerakan kepanduan di Indonesia dan diperingati sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Betul, itulah rentetan sejarah lahirnya Pramuka di Indonesia. Semoga informasi ini menambah wawasan bagi anda!**
(ZS)