LINTAS7NEWS – Keputusan Donald Trump untuk mencalonkan Matt Gaetz sebagai Jaksa Agung pada 13 November 2024 telah menimbulkan reaksi yang keras dan beragam, baik di dalam Partai Republik maupun di kalangan lawan politiknya. Gaetz, seorang anggota Kongres dari Florida yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan yang vokal dan kontroversial, dipilih Trump untuk memimpin Kementerian Kehakiman, sebuah posisi yang sangat penting dalam pengawasan hukum negara, termasuk masalah besar seperti hak asasi manusia, kebebasan berbicara, dan kebijakan terkait aborsi.
Namun, meskipun Gaetz adalah sosok yang dekat dengan Trump dan dikenal karena dukungannya yang kuat terhadap agenda MAGA (Make America Great Again), pencalonannya justru membuat banyak pihak terkejut dan bingung. Beberapa anggota Partai Republik secara terbuka meragukan keputusan ini. Senator Lisa Murkowski dari Alaska, misalnya, dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak menganggap Gaetz sebagai calon yang serius. “Kita membutuhkan Jaksa Agung yang bisa diandalkan, yang memiliki kredibilitas dan integritas. Gaetz tidak ada dalam daftar saya,” ungkap Murkowski kepada NBC News.
baca juga : Mengubah Arah : Kesuksesan Donald Trump dalam Menyita Perhatian dari Crypto.
Matt Gaetz, meski dikenal sebagai pendukung setia Trump, juga memiliki sejumlah kontroversi yang mengiringi karier politiknya. Ia pernah menjadi sasaran penyelidikan oleh Kementerian Kehakiman dalam kasus perdagangan seks yang melibatkan seorang gadis muda, meskipun penyelidikan tersebut tidak menghasilkan dakwaan. Selain itu, Gaetz sedang diselidiki oleh Komite Etik DPR terkait berbagai tuduhan, termasuk perilaku seksual yang tidak pantas dan penggunaan narkoba. Meskipun ia membantah semua tuduhan tersebut, catatan kontroversial ini menambah kekhawatiran banyak pihak tentang kemampuannya untuk memimpin institusi yang sangat sensitif seperti Kementerian Kehakiman.
Reaksi dari dalam Partai Republik sangat bervariasi, dengan beberapa anggota merasa khawatir bahwa pencalonan ini bisa merusak citra partai. Anggota Kongres Max Miller dari Ohio bahkan berkomentar bahwa Gaetz memiliki peluang yang lebih besar untuk makan malam dengan Ratu Elizabeth II daripada dikonfirmasi oleh Senat. John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional, juga mengkritik pencalonan ini dengan keras, menyebutnya sebagai “nominasi terburuk dalam sejarah kabinet AS.” Bolton menilai Gaetz tidak hanya kurang kompeten, tetapi juga bermasalah dalam hal karakter, sebuah faktor yang sangat penting dalam posisi yang begitu berpengaruh.
baca juga : Apakah sudah ada peringatan yang disampaikan mengenai potensi ancaman dari pelaku penembakan Donal Trump?
Dari sisi Demokrat, reaksi juga sangat keras. Tim Wakil Presiden Kamala Harris mengungkapkan bahwa pencalonan ini merupakan langkah Trump untuk mengonsolidasikan kekuasaannya dan melindungi dirinya serta sekutunya dari potensi ancaman hukum. Anggota Kongres Ro Khanna dari California menilai bahwa Trump justru bergerak lebih jauh ke arah basis MAGA-nya dan mengabaikan kebutuhan sebagian besar rakyat Amerika yang berharap agar presiden lebih fokus pada isu-isu seperti penurunan biaya hidup dan keamanan perbatasan, bukan pada penunjukan yang dianggap kontroversial ini.
Kate Maeder, seorang analis politik, berpendapat bahwa meskipun tidak mengejutkan jika Trump memberikan penghargaan kepada loyalis politiknya, pencalonan Gaetz kali ini bisa jadi langkah yang lebih berisiko. “Trump sering membuat keputusan yang mengejutkan, tapi saya rasa ini akan sulit untuk diterima oleh Senat. Beberapa senator Republik moderat sudah mulai mempertanyakan kredibilitas pencalonan ini,” katanya. Gaetz memang memiliki banyak pendukung di kalangan sayap kanan, namun dalam proses konfirmasi di Senat, ia mungkin menghadapi penolakan keras, terutama dari mereka yang lebih moderat dalam Partai Republik.
baca juga : Tunggu Hasil Akhir Donald Trump Bicara tentang Pilpres 2024.
Dengan catatan kontroversialnya dan ketegangan politik yang terus meningkat, pencalonan Gaetz sebagai Jaksa Agung bisa menjadi momen yang menandai perpecahan dalam Partai Republik itu sendiri. Jika Gaetz tidak dapat melewati proses konfirmasi, ini akan menjadi kegagalan besar bagi Trump dan berpotensi memperburuk polarisasi di dalam partainya. Namun, jika Gaetz berhasil dikukuhkan, langkah tersebut akan mempertegas dominasi Trump atas Partai Republik dan semakin memusatkan kekuasaan pada figur-figur yang loyal kepadanya. Waktu akan menunjukkan apakah pencalonan ini akan berhasil atau justru menjadi bumerang bagi Presiden terpilih dan agenda politiknya.**
(sd)