China Ultimatum Negara Sekutu AS: Siap Tindak Tegas Jika Ikut Isolasi Ekonomi

banner 468x60

LINTAS7NEWS – Konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, kembali memanas. Kali ini, Beijing mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang memilih ikut campur dalam tekanan ekonomi yang dipimpin AS terhadap China.

Dalam pernyataan resminya, Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan balasan terhadap negara mana pun yang mendukung kebijakan Washington yang dianggap merugikan kepentingan China.

banner 336x280

“China dengan tegas menentang segala bentuk kesepakatan yang merugikan kepentingan nasional kami. Jika negara lain terlibat, kami tidak akan tinggal diam. Kami akan mengambil tindakan balasan yang setimpal,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari CNBC International pada Senin (21/4/2025).

baca juga : Presiden AS Donald Trump Dimakzulkan DPR

Peringatan ini muncul setelah laporan yang menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump berencana memanfaatkan kebijakan tarif sebagai alat tawar untuk memaksa negara-negara mitranya membatasi hubungan dagang dengan Beijing.

Langkah Trump dianggap sebagai bagian dari strategi besar untuk menekan dominasi ekonomi China. Namun, Beijing menganggap pendekatan ini berbahaya dan bisa menyeret perdagangan global kembali ke masa di mana kekuatan menjadi hukum, bukan aturan bersama.

Sebagai respons atas kenaikan tarif dari AS yang kini mencapai 145%, China telah menerapkan tarif balasan sebesar 125% terhadap produk Amerika. Selain itu, China juga membatasi ekspor mineral penting dan memasukkan sejumlah perusahaan AS ke dalam daftar hitam, membatasi kerja sama bisnis mereka dengan perusahaan China.

Kondisi ini makin rumit karena belum ada tanda-tanda kesepakatan dalam waktu dekat. Meskipun Trump menyebut bahwa negosiasi bisa rampung dalam tiga hingga empat minggu, analis melihat peluang itu masih sangat kecil.

baca juga : Tunggu Hasil Akhir Donald Trump Bicara tentang Pilpres 2024.

Beijing pun mengambil langkah diplomatik tambahan dengan menunjuk Li Chenggang—yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar untuk WTO—sebagai kepala negosiator baru dalam pembicaraan dagang dengan AS. Bersamaan dengan itu, China juga menggugat AS ke Organisasi Perdagangan Dunia atas kebijakan tarif yang dinilai melanggar aturan internasional.

Sementara itu, Trump menunjukkan tanda-tanda mulai menahan diri dari eskalasi lebih lanjut. Ia menyatakan kemungkinan menurunkan tarif, mengingat dampak buruknya terhadap daya beli konsumen. “Kalau tarif terus dinaikkan, orang bisa berhenti membeli. Itu bisa merusak pasar,” katanya kepada wartawan di Gedung Putih.

Situasi saat ini menunjukkan bahwa tensi antara kedua negara belum mereda, dan risiko terjadinya guncangan ekonomi global kian nyata jika eskalasi terus berlanjut.**

(sd)

banner 336x280
Bagikan Melalui