Lintas7News.com – Prancis menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkhianat dan bertindak seperti pendahulunya, Presiden Donald Trump, setelah menikung Paris dalam kesepakatan alutsista dengan Australia.
Amerika Serikat, Inggris, dan Australia mengumumkan kemitraan keamanan baru pada Rabu (15/9). Kemitraan keamanan itu terdiri dari rencana mempersenjatai Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir baru hingga sistem rudal tomahawk.
“Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Presiden Trump,” kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian kepada Radia Franceinfo.
“Saya marah dan merasa sakit. Ini tidak dilakukan di antara sekutu,” papar Le Drian.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Kemitraan baru AS, Inggris, dan Australia yang dikenal dengan AUKUS itu dinilai sebagai salah satu cara AS dan sekutu melawan pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.
Ketiga pemimpin negara itu menegaskan kapal selam yang dibuat tidak akan dipersenjatai dengan nuklir. Kapal selam ini hanya menggunakan sistem propulsi atau reaktor nuklir yang bertujuan menjaga diri dari ancaman keamanan di masa depan.
Prancis menuduh Australia mengkhianati Paris dengan kemitraan AUKUS. Sebab, Paris dan Canberra telah lebih dulu menyepakati proyek pengadaan kapal selam pada 2016 silam.
Saat itu, Australia sepakat meminta manufaktur kapal Prancis, Naval Group, membangun armada kapal selam baru bagi Negeri Kanguru senilai US$40 miliar.
Rencana itu disebut menjadi salah satu kesepakatan pertahanan paling menguntungkan di dunia. Namun, kesepakatan itu mandek lantaran sejumlah syarat dari Canberra yang ingin sebagian manufaktur dan komponen kapal berasal dari negaranya.
“Ini adalah tikaman dari belakang. Kami menciptakan hubungan saling percaya dengan Australia dan itu telah dirusak,” kata Le Drian.
Tak hanya Prancis, Uni Eropa yang juga merasa kesal lantaran tak dilibatkan dalam kemitraan AUKUS tersebut.
(CNNIndonesia/RI)