Jakarta – Konflik antara Armenia dan Azerbaijan yang dimulai sejak 12 Juli lalu dan kembali terjadi pertempuran pada Minggu (27/9), dan semakin memanas dikarenakan ditemukannya jasad tentara bayaran yang diyakini sebagai tentara bayaran dari Suriah yang ikut campur dalam konflik ini.
Seperti yang dilansir dari CNNIndonesia Kementrian Pertahanan Azerbaijan telah mengindentifikasi beberapa korban perang dari pihak Armenia. Kementrian mengungkapkan bahwa di antara korban tersebut diketahui sebagai tentara bayaran.
Juru bicara Kementrian Pertahanan Azerbaijan Anar Eyvazov mengatakan beberapa mayat yang ditemukan diyakini sebagai tentara bayaran yang datang dari Suriah.
“Pihak Armenia menyembunyikan informasi ini dari komunitas lokal dan internasional,” kata Eyvazov dikutip dari media Turki, Anadolu Agency, Jumat (2/10).
Tentara Azerbaijan menghancurkan 24 tank dan kendaraan lapis baja milik Armenia. Selain itu 15 sistem anti-pesawat tipe OSA dan 18 kendaraan udara tak berawak (UAV) militer Armenia ikut dihancurkan, tambahnya.
Bentrokan perbatasan meletus pada Minggu (27/9) pagi. Pasukan Armenia disebut menyerang permukiman sipil Azerbaijan dan basis militer hingga menyebabkan korban jiwa.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada hari Senin (28/9) diketahui telah menandatangani keputusan tentang mobilisasi militer parsial di negara itu.
Parlemen negara Azerbaijan mengumumkan keadaan perang di beberapa kota dan wilayah menyusul pelanggaran perbatasan Armenia dan serangan di wilayah Karabakh Atas.
Sebelumnya, Hubungan kedua negara bekas Soviet itu sudah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, yang juga dikenal sebagai Nagorno-Karabakh. Kalangan internasional telah mendesak penarikan pasukan di wilayah yang diduduki. Namun, kedua negara enggan untuk melakukan pembicaraan damai.
Ilkham Aliyev mengatakan kepada saluran TV Rusia, Rossia 1 bahwa negaranya telah berkomitmen untuk merundingkan resolusi tetapi Armenia menghalangi proses tersebut.
“Perdana menteri Armenia secara terbuka menyatakan bahwa Karabakh adalah (bagian dari) Armenia, titik. Dalam hal ini, proses negosisasi seperti apa yang dapat kita bicarakan ?,” kata Aliyev dilansir dari Associated Press.
Di sisi lain, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan sangat sulit untuk berbicara tentang negosiasi ketika operasi militer sedang berlangsung di wilayah tersebut.
“Pada dasarnya kami menganggapnya sebagai perang yang diumumkan kepada rakyat Armenia,” ujar dia.
Hingga kini pertikaian berdarah itu telah menelan hampir 130 korban jiwa. Armenia mencatat 104 kematian tentara dan 23 warga sipil.
(CNN/ZA)