Jakarta – Sebuah video acara hiburan dangdutan yang dilakukan oleh anggota Polri saat menggelar acara pisah sambut Kapolsek Gondang, Tulungagung, Jawa Timur beredar di media sosial. Video itu pun mendadak viral karena digelar saat pandemi Covid-19.
Dalam video tersebut terlihat adanya sejumlah personel Polri yang sedang asyik berjoget sambil diiringi musik dan dipandu oleh sang biduan dengan judul lagu ‘kandas’.
Mereka terlihat masih menggunakan seragam dinas kepolisian. Dalam video juga terlihat adanya sebuah spanduk dalam acara tersebut yang bertuliskan Pisah Sambut Kapolsek Gondang dari AKP Siswanto ke AKP Suwancono.
Mabes Polri pun turun tangan menelusuri dari mana video tersebut diambil hingga beredar luas di media sosial. Acara pisah sambut itu diketahui terjadi atau digelar pada 9 Agustus 2020 lalu.
“Tulungagung itu kita masih cari tahu video pertamanya itu dari mana dia ambil, tetapi video keduanya disambung. Video pertamanya tentang polisi beri imbauan, tertib protokol kesehatan,” kata Karopenmas Div Humas Polri Brigjen Awi Setiyono saat dikonfirmasi merdeka.com, Minggu (4/10).
“Kemudian yang polisinya disambungkan acara polisi di Polsek Gondang, Kabupaten Tulungagung itu di Polres Tulungagung itu tanggal 9 Agustus lagi sertijab. Dia bikinlah itu kejutan anak buahnya joget-joget organ tunggal, campur sari,” sambungnya.
Awi menegaskan, bahwa acara dalam video itu dilakukan sudah lama. Terlebih, wilayah tersebut tidak masuk dalam zona merah dan tidak masuk dalam wilayah yang melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Sekarang masih dilidik itu siapa yang membuat, tetapi pada intinya Tulungagung itu sudah tiga bulan ini sudah berturut-turut kan memang zona kuning, pertama itu. Kemudian yang kedua tanggal 9 September itu new normal dan Tulungagung tidak PSBB seperti Surabaya, Jakarta gitu,” tegasnya.
“Dia new normal ya kegiatan sudah mulai dibuka sedikit-sedikit dengan menerapkan protokol kesehatan, kan pakai masker itu joget-jogetnya,” sambungnya.
Jenderal bintang satu ini pun mempertanyakan apa maksud dan tujuan video tersebut disebarluaskan. Padahal, acara itu sebelum adanya Operasi Yustisi 2020.
“Cuma kan tanggal 14 September ada Operasi Yustisi, karena meningkat-meningkat sampai 4.000 makanya itu, kok kenapa sekarang di-upload, ada apa itu, pertama itu,” ujarnya.
“Kalau dilihat dari kasusnya itu memang seperti mendeskreditkan polisi, kenapa sekarang Operasi Yustisi ini kok ada polisi joget-joget,” tutupnya.(*)