BLITAR-Desain batik Kabupaten Blitar masih mengacu pada potensi lokal. Belum ada desain khusus yang disepakati sebagai karakter khas batik asli daerah.
Beberapa tahun lalu sempat booming batik tutur Blitar. Ada sekitar 16 desain batik ini. Sayangnya, jarang perajin yang memproduksi produsen batik tersebut. “Gak tahu kenapa temen-temen itu tidak memproduski lagi batik ini. Kalau aku masih produksi, ” kata Umayah.
Menurut dia, dulu hampir semua perajin batik di Kabupaten Blitar memproduksi batik tutur. Bahkan pemerintah daerah juga mengimbau untuk menggunakan batik tersebut. “Jadi anak -anak sekolah juga pakai seragam batik. Pada hari tertentu,” katanya.
Umayah menduga, banyaknya permintaan batik dengan karakter ini mengundang pengusaha besar untuk memproduksinya. Tidak lagi dengan teknis tulis maupun cap, namun sudah menggunakan printing. Akibatnya pamor batik tutur sedikit turun, harganya pun sangat murah. Kemungkinan hal ini yang mengawali tenggelamnya batik tutur.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Tavip Wiyono mengakui saat ini belum ada batik khusus yang disepakati sebagai batik khas daerah. Produksi batik biasanya disesuaikan dengan karakter atau potensi wilayah. Misalnya, untuk wilayah utara menggunakan karakter candi, wilayah timur menggunakan karakter bunga dan lainnya. “Jadi berbasis potensi daerah, kalau yang khusus atau khas Blitar belum ada,” katanya. Perhatian pemerintah terhadap industri batik sangat besar. Misalnya pelatihan membuat desain, pameran, dan lain sebagainya. “ Kalau di kami memang belum menggelar pameran sendiri, biasanya menunggu undangan event atau daerah lain,” ujarnya. (mha/yog)